Welcome Guys

DAFTAR ISI BLOG

Mendaki Penyangga Langit, Bumi Minangkabau

Written By Ariefortuna on Selasa, 02 Juni 2009 | 00.27


Gunung Singgalang dikiaskan sebagai salah satu penyangga langit Minangkabau. Tiga puncak utama yang sering disebut Tri Arga, salah satunya adalah gunung dengan tinggi 2.877 meter dari permukaan laut (dpl) ini. Dalam wilayah geografis, gunung ini terletak di Kabupaten Agam. Tepat di sebelahnya, menantang dengan kokoh gunung Marapi, penyangga lainnya selain Talang

Gunung Singgalang dikiaskan sebagai salah satu penyangga langit Minangkabau. Tiga puncak utama yang sering disebut Tri Arga, salah satunya adalah gunung dengan tinggi 2.877 meter dari permukaan laut (dpl) ini. Dalam wilayah geografis, gunung ini terletak di Kabupaten Agam. Tepat di sebelahnya, menantang dengan kokoh gunung Marapi, penyangga lainnya selain Talang.

Gunung Singgalang mempunyai kawasan hutan dipterokarp bukit atau hutan di ketinggian 300 sampai 750 meter dpl. Selain itu, di gunung ini juga terdapat hutan dipterokarp atas (hutan diatas 750 sampai 1.200 meter dpl), hutan Montane (hutan yang berada di ketinggian 1.200-1.500 meter dpl) dan hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Di kawasan dipterokrap terdapat spesies pohon Seraya, pohon Kemuning dan Meranti. Di hutan dipterokarp atas juga ditemui pohon Meranti Bukit dan pohon Damar Minyak. Di kawasan hutan Montane, merujuk kepada kawasan hutan yang terdapat pada ketinggian 1.200 – 1.500 meter, spesies utamanya terdiri dari pohon Mempening, Berangan, Damar Minyak dan Podo. Beranjak ke hutan ericaceous atau hutan gunung di ketinggian melebihi 1.500 meter, spesies utamanya terdiri dari pohon Kelat, pohon Periuk Kera, dan berbagai-bagai jenis belukar, buluh, resam, paku-pakis, serta lumut.

Gunung Singgalang sendiri termasuk ke dalam jenis vulkanis yang tidak aktif. Gunung ini ditutupi hutan hujan tropis, trek pendakian terjal dan terdapat 2 buah telaga di daerah puncak. Dua telaga tersebut dinamai telaga Dewi telaga Kumbang. Dalam ekspedisi Padang TV minggu lalu, selain sajian flora di atas, satu lagi keunikan yang ditemui tim Padang TV adalah pemandangan tiang listrik dan kabel yang menjuntai.

Tak kurang, dari kaki sampai puncak ditemui sebanyak 28 tiang listrik untuk keperluan tower pemancar TV, provider dan pemantau Polda. Walaupun menguras banyak tenaga, dalam pendakian gunung ini kita tidak akan ingin untuk melewatkan setiap tanjakan yang terjal. Jerih satu persatu langkah diayunkan, akan terbayar dengan pemandangan dan telaga yang berada di puncak gunung.

Setelah beberapa kali istirahat, dalam dua jam perjalanan, tim ekspedisi Padang TV sampai pada mata air satu, tempat dimana para pendaki untuk beristirahat sejenak. Di sini, kita akan bertemu dengan beberapa orang pendaki dengan tujuan sama, rehat sejenak. Derasnya air yang mengalir di tengah heningnya pepohonan akan menjadi harmonisasi bagi para pendaki. “Hal itulah yang kami dengarkan di sana setelah pekak dengan bunyi deru kendaraan atau musik yang tak jelas sambil menikmati secangkir kopi sembari menikmati keindahan hutan tropis,” jelas Dasrul dan Ajib anggota ekspedisi Cerita Sore Padang TV.

Untuk mencapai lokasi, tim Padang TV menggunakan jalur darat. Kalau pendaki beranjak dari bandara Ketaping menuju Bukittinggi, perjalanan ditempuh selama lebih kurang 2 jam perjalanan dengan ongkos sekitar Rp10 ribu sampai Rp15 ribu. Jalur pendakian bisa dilalui dari tiga titik. Pertama dari Koto Baru, Pandaisikek, Balingka atau dari Toboh (Kanagarian Malalak). Tim ekspedisi sendiri mengambil rute pendakian dari Kotobaru. Perjalanan dimulai dari kota Padang kemudian turun di Kotobaru, perjalaan dilanjutkan ke Pandai Sikek menggunakan angkot dengan ongkos Rp3 ribu per orang.

Bagi yang mengambil rute pendakian dari Balingka, perjalanan dimulai dari Padang turun di Padanglua (Bukittinggi) dan dari Padanglua menuju Batu Tagak dengan ongkos kira-kira Rp2.500-Rp. 4000 menggunakan angkutan pedesaan Batu Tagak-Panambatan. Kalau memilih naik dari Toboh, beranjak dari kota Padang, turun di Padanglua dan perjalanan dilanjutkan menuju Toboh dengan biaya kira-kira Rp3 ribu-Rp5 ribu. Sementara, untuk memasuki kawasan gunung Singgalang, tidak dipungut biaya apapun. Bayarannya, cukup jaga saja alam yang ada di sekitar gunung tersebut.

Lokasi gunung Singgalang tidak begitu jauh dari kota Bukittinggi dan kota Padangpanjang. Mengingat gunung Singgalang dekat dengan dua kota wisata tersebut, bagi yang ingin berlama-lama di kawasan, dapat menginap di beberapa hotel yang ada di dua kota tersebut.

Kalau lapar, di sepanjang jalan menuju gunung Singgalang terdapat banyak restoran yang menyajikan aneka hidangan masakan khas Minangkabau. Tapi perlu diingat, gunung singgalang memiliki karakter cuaca yang sulit ditebak. Tebalnya kabut yang kadang menutup birunya langit akan dilanjutkan dengan hujan yang tentunya mengganggu perjalanan menuju puncak.

Untuk itu, agar tidak mengalami apa yang ditempuh tim cerita sore, pendaki hendaknya memperhatikan kondisi cuaca sebelum menempuh perjalanan. Istilahnya, sedia payung sebelum hujan. Kalaupun nekad untuk menempuh hujan, siapkan dulu alat serta perlengkapan yang memungkinkan pendaki untuk menghadapi the semi-world of survival.

Menjelang puncak, kita tidak akan kesepian. Seperti yang diceritakan tim cerita sore, setapak demi setapak akan ditemani masyarakat sekitar gunung. Mulai dari pemburu burung sampai pencari kayu bakar. Di puncak, berharap saja cuaca akan cerah. Sebab, kedua telaga tadi akan lebih indah untuk dicumbui ketika cerahnya langit menyapa mata. (sumber : Sandy Adri - padang today)

0 komentar:

Posting Komentar

 

bakalaha Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ariefortuna for ariefortuna's Zone