Welcome Guys

DAFTAR ISI BLOG

Makam Syech Burhanudin Pariaman

Written By Ariefortuna on Kamis, 25 Agustus 2011 | 11.20

Makam Syech Burhanudin Pariaman



Makam Syekh Burhanuddin di daerah pantai Ulakan, Pariaman, Sumatera Barat tampak resik. Makam Syeikh Burhanuddin terletak di dalam sebuah kompleks pemakaman khusus yang dikelilingi pagar tembok setinggi dua meter. Di kiri dan kanan makam Syeikh Burhanuddin terdapat makam para penggantinya. Sementara di bagian luar, berderet sejumlah kios atau lapak para pedagang cenderamata, kitab, dan juga makanan.

Tidak sulit untuk mengetahui sejarah sang ulama. Para penjaga makam dengan ramah akan menjelaskan panjang lebar sejarah ulama besar Minang ini. Bahkan di sekitar areal makam, dijual pula buku sejarah Syekh Burhanuddin. Salah satunya bersumber dari naskah Arab Melayu berjudul ‘Surat Keterangan Saya Faqih Saghir Ulamiyah Tuanku Samiq Syekh Jalaluddin Ahmad Koto Tuo’, yang ditulis tahun 1823.

Syekh Burhanuddin adalah seorang ulama dan pengembang agama Islam di Minangkabau yang dilahirkan di Guguk Sikaladi Pariangan, Padang Panjang dengan nama kecil Pakiah Pono. Ayah Pono bernama Pampak Sakti gelar Karimun Merah dan Ibunya bernama Cukup Bilang Pandai. Pono mendapat nama baru Burhanuddin, ketika belajar agama Islam selama 15 tahun kepada Syeikh Abdur Rauf bin Ali Al Fansuri Al Jawi Assingkili atau Syah Kuala di Aceh.

Sebelum belajar di Aceh, Pakiah Pono sempat belajar kepada Syeikh Madinah. Sekembali dari Aceh, Syekh Burhanuddin membawa ajaran Tariqat Syatariah ke Ulakan dan menyebar ke sejumlah daerah Minangkabau. Ilmu pengetahuan Syeikh Burhanuddin dinilai tinggi karena tempaan dari Mufti Kerajaan Iskandar Muda, Aceh, Syeikh Abdur Rauf ini menjadikannya piawai dalam persoalan kenegaraan.

Bahkan, karena kepiawaian ilmu politiknya itu, Syeikh Burhanuddin mencapai kesepakatan dengan pemimpin Kerajaan Minangkabau. Kesepakatan itu adalah bahwa hukum adat dan hukum agama sama-sama dipakai sebagai pedoman hidup dalam masyarakat di Minangkabau. Ketentuan adat dan hukum agama Islam dalam masyarakat Minangkabau yang matrilineal sebagai suatu proses integrasi lebih dikenal dengan ‘Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah’.

Kesepakatan itu dibuat di Bukit Marapalam antara para tokoh adat dan kerajaan di Minangkabau ini, terkait adat yang kuat saat itu dengan berkembangnya ajaran Islam. Karena sempat terjadi pergolakan saat itu, dengan pendekatan Syeikh Burhanuddin yang sangat halus dan penuh kesopanan itu maka tercapailah kesepakatan antara rakyat dan ulama pada tahun 1668.

Konsepsi Marapalam ini dengan kerendahan hati disampaikan ke hadapan daulat Raja Pagaruyung. Kepada pembesar kerajaan dimintakan pertimbangan yang diterima dengan suara bulat. Syeikh Burhanuddin dan pengikutnya diberikan kebebasan seluas-luasnya mengembang agama Islam di seluruh Minangkabau.

Kesepakatan itu cepat tercapai dengan waktu singkat, karena Syeikh Burhanuddin memegang teguh falsafah gurunya, Syeikh Abdur Rauf, yaitu ‘Adat Bak Po Teumeureuhum, Hukom bak Syiah Kuala’ atau adat kembali pada raja Iskandar Muda, hukum agama pada Syiah Kuala. Perjanjian Marapalam kemudian berkembang menjadi suatu proses penyesuaian terus menerus antara adat dan agama Islam, saling menopang sebagai pedoman hidup masyarakat Minangkabau.


Sumber: berbagai Sumber dan Kaskus
11.20 | 0 komentar | Read More

Air Penyembuh dari Rumah Mande Rubiah di Lunang Silaut, Pesisir Selatan

Air Penyembuh dari Rumah Mande Rubiah di Lunang Silaut, Pesisir Selatan

Rumah Gadang Mande Rubiah di Nagari Lunang, Kecamatan Lunang Silaut Kabupaten Pesisir Selatan memiliki keunikkan tersendiri. Karena salah satu tonggak di rumah gadang itu dapat mengeluarkan air.
Hal ini telah berlangsung sejak dahulu-dahulunya. Masyarakat percaya bahwa air yang keluar dari tonggak rumah gadang Mande Rubiah ini dapat mengobati berbagai macam penyakit.
Sampai sekarang tidak sedikit orang yang datang kerumah gadang Mande rubiah ini dengan maksud yang demikian.
Disamping itu Mande Rubiah sendiri dipercaya sebagai seorang yang sakti mandraguna (orang bertuah).Jadi diantara meraka yang datang ke rumah gadang mande Rubiah ini bukan saja orang yang ingin berobat,tetapi mereka juga mempercayai jika mereka punya suatu hajat dan menghajatkannya ketika meminum air yang keluar dari tonggak Rumah gadang mande Rubiah ini maka Insya Allah hajat itu akan tercapai.

Nazar.

Setelah penyakit seseorang itu sembuh atau hajatnya tercapai,biasanya orang itu kembali lagi ke rumah gadang mande Rubiah,katanya untuk membayar nazar,karena dahulu mereka bernazar jika penyakitnya sembuh atau hajatnya tercapai mereka akan berdoa di rumah gadang Mande Rubiah ini.

Jika anda tertarik untuk ke Lunang,entah bermaksud untuk berobat atau berhajat atau hanya sekedar untuk berjalan-jalan,melihat-lihat kuburan tua yang ada disekitar komplek Rumah gadang Mandeh Rubiah ini,yang dipercaya sebagai kuburan Raja Pagaruyung dan pengikutnya.
Dengan senang hati Titisan Mande Rubiah yang tinggal di Rumah Gadang tersebut akan menjawab pertanyaan anda.

Disamping itu anda juga dapat melihat benda-benda pusaka minagkabau lainnya,juga sebuah telur besar "talua garudo" (telur burung garuda) yang tak ada duanya.

Sumber: berbagai Sumber dan Kaskus


11.17 | 0 komentar | Read More

Wisata Religi Makam Buya Lubuak Landau Pasaman Barat

Wisata Religi Makam Buya Lubuak Landau Pasaman Barat



Di Jorong Lubuak Landua,Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat terdapat sebuah Surau yang sudah berumur 155 tahun.surau yang terletak di kaki gunung Pasaman ini dikenal dengan nama surau Lubuak Landua saat ini sebagai tempat beribadah surau Lubuak Landua ini juga menjadi tujuan wisata ziarah, berziarah ke makam Buya Lubuak Landau.

Buya Lubuak Landua konon adalah penyebar agama Islam yang pertama di Pasaman, Dimakam Buya Lubuak Landua ini ada semacam air yang terdapat di dalam wadah kulit lokan besar,banyak penziarah percaya kalau air yang terdapat di makam Buya Lubuak Landua ini dapat membuka hati dan menerangi jiwa yang sedang dalam masalah.

Caranya dengan jalan meneteskan air tersebut ke mata atau meminumnya.
Disamping itu surau Lubuak Landua juga di jadikan oleh pengikut buya Lubuak Landua untuk melakukan Suluak,yaitu beribadah kepada Allah SWT di dalam surau tersebut,agar lebih khusuk dalam melakukan ibadah atau berzikir tempat ibadah itu dilingkari dengan kain dibuat seperti kelambu untuk seorang diri.

Hal ini juga dilakukan dengan harapan mendapat petunjuk dari yang Maha Kuasa serta bimbingan dari Buya Lubuak LanduaPada tahun 1852 surau Lubuak Landua di dirikan oleh Syech Basyir atau yang dikenal dengan nama Buya Lubuak Landua I,Pada masa kepemimpinan Syech Basyir inilah dibuat ikan larangan Lubuak Landua.

Syech Basyir ini wafat pada tahun 1922 pada usia 122 tahun.Kepemimpinan surau Lubuak Landua di lanjutkan oleh putra beliau Syech Muhammad Amin yang dikenal dengan nama Buya Lubuak Landua II, kepemimnpinan Syech Muhammad Amin ini tidak berlangsung lama karena pada tahun 1927 beliau wafat,kepemimpinan surau Lubuak landua dilanjutkan oleh Syec Abdul Majid dengan gelar Buya Lubuak Landua III,Syech Abdul Majid meninggal pada tahun 1984,setelah memimpin surau lubuak landua selama 57 tahun.

sepeninggal Syech Abdul Majid kepemimpinan surau lubuak landua di lanjutkan oleh adik beliau Syec Abdul Jabbar,beliau dikenal dengan sebutan Buya Lubuak Landua IV,Syech Abdul Jabbar wafat pada tahun 1997,kepemimpinan surau lubuak landua di lanjutkan oleh putra beliau Syech Bahri dengan sebutan Buya Lubuak Landua V,sampai saat sekarang.



Ikan Gariang di Lubuk Larangan Landua Objek wisata yang ramai dikunjungi wisatawan adalan ikan larangan Lubuak Landua,Ikan laranagn ini terletak di aliran batang Luan yang mengalir di sisi surau Lubuak Landua.Ikan di lubuk larangan ini besar-besar karena lubuk larangan ini telah berusia ratusan tahun sama dengan usia surau Lubuak Landua ini.

Lubuk larangan yang didirikan oleh Syech Basyir ini dihuni oleh ikan air tawar sejenis ikan garing,dahulu sewaktu membuat lubuk larangan ini ikan-ikan ini diberi uduah yaitu semacam ilmu teluh agar ikan tersebut tidak di curi orang. dan apabila ada yang mencurinya si pencuri tersebut akan sakit bahkan dapat menyebabkan kematian.

Namun pada saat sekarang uduah tersebut tidak digunakan lagi, tujuan utama memeliara ikan di lubuk larangan ini adalah untuk sumber bibit ikan, melestarikan alam, dan objek wisata.
Sumber: berbagai Sumber dan Kaskus
11.14 | 0 komentar | Read More

Asal Usul Ikan Sakti-Sungai Janiah Baso

Asal Usul Ikan Sakti-Sungai Janiah Baso



Pendahuluan

Sungai Janiah di Nagari Tabek Panjang, Kecamatan Baso, Agam sudah lama terkenal memiliki legenda “ikan sati” atau ikan sakti. Di lokasi yang terletak 3,5 km dari sebuah simpang sebelum Pasar Baso di tepi jalan raya Bukittinggi-Payakumbuh atau 30 Km dari Batu Nan Limo, kini dijadikan objek wisata. Sungai Janiah bukanlah sebuah sungai berair jernih, tapi hanya sebuah kolam ikan di belakang sebuah mesjid yang airnya tidak jernih.

Para pengunjung ke sana hanya datang untuk melihat ikan-ikan yang meliuk berenang kian-kemari. Penduduk di sana tidak ada yang tahu jenis ikan yang rata-rata panjangnya setengah meter hingga yang kecil 10 cm. Ikan-ikan tersebut berwarna gelap, berbadan ramping dan panjang.

Orang-orang di sana hanya tahu ikan-ikan tersebut sakti dan sudah ada sejak zaman dulu. Penduduk sekitar memiliki legenda bahwa nenek moyang ikan di sana berasal dari seorang anak perempuan.

Setidaknya ada dua versi cerita legenda tentang ikan Sungai Janiah. Versi pertama di kutip dari buku sederhana karangan Ketua Seksi Pariwisata C. Panggulu Basa yang banyak dijual di kedai-kedai kecil di objek wisata Sungai Janiah. Versi kedua menurut tokoh Sungai Janiah, Muchtar Tuanku Sampono.

Versi Buku C. Panggulu Basa

Asal mula ikan yang ada di Sungai Janiah dari penjelmaan anak manusia dan anak jin yang telah dikutuk oleh Tuhan, karena kedua makhluk yang berlainan alam ini telah melanggar janji yang telah mereka sepakati.

Alkisah, penduduk Nagari Tabek Panjang di Kecamatan Baso ini berasal dari puncak gunung Merapi. Karena persediaan air di Gunung Merapi semakin terbatas, maka timbullah ide mencari hunian baru di bawah Gunung Merapi. Maka diutuslah Sutan Basa untuk mencarai lokasi baru itu, Sutan Basa menemukan kawasan yang memiliki Sungai dan air mancur yang sangat jernih. Tapi daerah itu telah ditempati oleh bangsa jin, maka Sutan Basa menyampaikan keinginannya kepada jin tinggal dikawasan itu bersama kelompoknya.

Maka diadakanlah kesepakatan antar kepala suku masing-masing, bahwa boleh tinggal di daerah itu, asalkan kalau anak kemenakan dari Datuak Rajo Nando mamak dari Sutan Basa menebang pohon agar membuang serpihan dan sisa kayu ke arah rebahnya pohon. Kalau kesepakatan ini dilanggar, maka keturunan dari keduanya akan memakan kerak-kerak lumut, tempatnya tidak diudara tidak juga di daratan.

Setelah sepakat tinggallah kaum tersebut di Sungai Janiah. Suatu waktu ada keinginan untuk membangun gedung pertemuan atau balairung untuk tempat berkumpul. Maka ditugasilah oleh Sutan Basa sekelompok irang untuk mencari kayu sebagai tonggak tuo. Maka pergilah mereka ke hutan. Karena begitu senang bercampur lelah, mereka langsung menebang pohon yang mereka nilai cocok, tapi mereka lupa akan janji yang telah disepakati oleh kepala suku. Karena tidak mengindahkan janji tersebut maka hasil tebangan pohon tersebut mengenai anak- anak jin. Kejadian ini membuat marah keluarga jin, mereka menurunkan batu-batu dari Bukit Batanjua yang ada di sekitar sungai tersebut, yang menyebabkan gempa.

Keadaan ini menyebabkan hubungan tidak harmonis antara keduanya. Suatu waktu Datuak Rajo Nando dan istrinya pergi membersihkan ladang tebu mereka dengan meninggalkan anak perempuan mereka berusia 8 bulan. Setelah pulang dari ladang, tidak ditemui anak tersebut. Maka seluruh orang kampung diperintah mencari anak hilang tersebut, sampai larut malam seluruh usaha seakan sia-sia.

Malam hari istri Datuak Rajo Nando bermimpi agar memanggil anaknya di Sungai Janiah dengan cara membawa beras dan padi dan memanggil anaknya seperti memanggil ayam. Esok siang dilakukanlah seperti di mimpinya. Setelah dipanggil datanglah dua ekor ikan yang satu tampak jelas dan yang satu lagi tampak samar. Maka ikan yang tampak jelas itu adalah anak Datuak Rajo Nando dan satunya lagi adalah anak jin. Hal ini terjadi karena keduanya melanggar janji, sehingga termakan sumpah.

Versi Muchtar Tuanku Sampono

Muchtar Tuanku Sampono yang berusia 96 tahun, tokoh masyarakat Sungai Janiah mengatakan, ikan di Sungai Janiah ini tidak “sakti”. Ikan tersebut berasal dari anak yang hilang. Malam harinya ibu anak tersebut bermimpi agar dibuat nasi kunyit (nasi kuning) dan dipanggil anaknya di Sungai Janiah.

“Sejak dulu tidak ada yang berani memakan ikan di Sungai Janiah ini, karena mereka enggan saja karena sepertinya memakan manusianya saja, bahkan Belanda dan Jepang tidak berani menjamah ikan ini,”

Menurut Tuanku Sampono tidak ada yang tahu jenis dan nama ikan tersebut. Ikan seperti ikan ‘gariang’, namun kata orang Jambi ikan ini sejenis ikan Kalari. Seperti yang dikatakan oleh Tuanku Sampono ikan-ikan tersebut sejak dulu tidak terlihat anak-anak ikannya.

Apakah cerita-cerita rakyat itu benar atau tidak? Yang jelas legenda Sungai Janiah mendatangkan berkah bagi penduduk sekitar dengan banyaknya orang berkunjung setiap hari..

Sumber: berbagai Sumber dan Kaskus
11.10 | 0 komentar | Read More

Cindaku manusia harimau dari Kerinci

Cindaku manusia harimau dari Kerinci



Definisi

Cindaku adalah sebutan untuk manusia harimau yang berasal dari daerah Kerinci, Jambi. Menurut kepercayaan masyarakat Kerinci, manusia memiliki hubungan batin dengan harimau.

“bahwasanya di bumi sakti ini tumbuh suatu kepercayaan magis spritual tentang hubungan bathin manusia dengan harimau, sehingganya kemudian tidak mengherankan di tengah masyarakat Kerinci ada pula yang berkeyakinan kalau nenek moyang mereka adalah harimau.”

Kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Kerinci tentang harimau merupakan warisan dari nenek moyang mereka yang konon telah berperan serta dalam melestarikan hutan di wilayah Kerinci yang merupakan habitat asli dari harimau Sumatra. Diceritakan dalam cerpen Cindaku tentang adanya perjanjian yang dilakukan oleh nenek moyang mereka yang disebut Tingkas, dengan harimau yang tinggal di suatu hutan di wilayah Kerinci. Perjanjian tersebut berisi tentang pembagian wilayah, antara wilayah hunian harimau dan wilayah manusia.

“Ini tidak terlepas dari legenda yang berkembang di mana di sebutkan dahulu Tingkas nenek moyang orang Kerinci telah menjalin hubungan dengan harimau, dan dalam hubungan itulah terbentuk perjanjian yang membatasi dan mengatur hubungan manusia dengan alam terutama hutan rimba. Perjanjian itulah yang mengontrol nafsu masing-masingnya sehingga tidak sampai memakan wilayah satu sama lainnya. Hutan rimba adalah wilayah hunian harimau. Tingkas dan anak cucunya tidak boleh merampas hak itu. Sementara kampung dan kota adalah wilayah manusia, harimau pun tidak akan pernah berani berkuasa atau menunjukkan kebuasannya di sini."

Perjanjian tersebut merupakan suatu penggambaran sifat manusia yang mau menghargai kehidupan sesama makhluk ciptaan Tuhan. Hal tersebut dapat pula dihubungkan dengan kearifan lokal atau local wisdom, dimana suatu masyarakat mampu menyerap pesan-pesan yang disampaikan oleh para nenek moyang melalui cerita-cerita atau dongeng-dongeng yang bersifat peringatan maupun pendidikan. Dalam kasus ini, pesan yang disampaikan adalah sebuah peringatan tentang adanya pembagian antara wilayah harimau dan wilayah manusia yang harus dihormati keberadaannya. Kearifan lokal itu sampai saat ini masih dipegang teguh oleh masyarakat Kerinci. Selain sebagai suatu penghargaan terhadap nenek moyang, tetap dipegangteguhnya warisan nenek moyang tersebut berhubungan dengan konsekuensi yang berat terhadap orang yang berani melanggarnya. Konsekuensi yang dimaksud dapat berhubungan dengan kematian yang disebabkan oleh serangan harimau, juga dihubungkan dengan kemunculan cindaku yang merupakan pelindung bagi harimau sekaligus penjaga wilayah hunianya.

"Perjanjian itulah yang disebut perjanjian garis tanah, yang berlaku selama ranting mati yang ditanam di tanah waktu itu tidak tumbuh berdaun apalagi berbunga. Ini berarti ini berarti perjanjian itu akan berlaku selama-lamanya, karena ranting mati yang di tanam itu mustahil akan hidup dan tumbuh seumur-umur dunia."

Kutipan diatas menunjukkan adanya unsur-unsur estetis yang diungkapkan melalui perumpamaan ranting kering yang tak mungkin bisa tumbuh lagi. Perumpamaan tersebut digunakan untuk menegaskan bahwa pejanjian antara manusia dan harimau berlaku untuk selama-lamanya.

"Untung dada nak Saketi ini tidak sampai menyentuh tanah......Karena kalau sampai menyentuh tanah maka wujud nak Saketi inipun akan berubah jadi harimau pula. Sebenarnya dia sudah tahu lawan yang dihadapinya itu adalah adalah salah satu sisi dari dirinya sendiri, eksistensi kehidupannya sebagai manusia yang terlahir dari tanah Kerinci. Dan rupanya makluk makluk berwujud setengah harimau setengah manusia yang disebut cindaku itu, juga cukup menyadari akan hal ini..."

"Nak Saketi, ternyata baru hari ini memasakkan ilmu batinnya, dan ini berjalan secara alami". Ujar dukun memberitahukan. Para lelaki itu masih belum mengerti dan tetap tak mengerti sampai ketika erangan kembali terdengar. Kali ini lebih mirip erangan seekor harimau. Tiba-tiba mata saketi terbuka menikam langit-langit dan alangkah kagetnya keempat lelaki itu menyaksikan mata Saketi, ternyata telah berubah jadi hijau dan tajam sekali. Dan semakin terkejut mereka ketika di tubuh Saketi bermunculan bulu-bulu kasar bercorak loreng. Terus tumbuh sampai akhir menutupi tubuh lelaki muda itu.”

Kepercayaan tentang cindaku hanya terdapat di wilayah Kerinci saja. Orang Kerinci yang berkemampuan cindaku hanya bisa berubah menjadi harimau bila dadanya menyentuh tanah Kerinci, tanah yang merupakan tempat berpijak harimau Sumatra, yang berkaitan dengan hak-hak hidup harimau dan manusia yang harus senatiasa dijaga keharmonisannya. Cindaku adalah jelmaan dari manusia yang terlahir dari tanah Kerinci. Tidak semua orang Kerinci adalah cindaku, hanya sebagian orang saja yang mempunyai darah Tingkas (nenek moyang orang Kerinci) dan orang tertentu saja yang mampu berubah menjadi harimau. Orang tertentu yang dimaksud adalah orang-orang yang mempunyai bakat supranatural dan mampu menyerap ilmu yang diberikan oleh cindaku. Lebih khusus lagi, tidak semua keturunan Tingkas mampu merubah diri menjadi cindaku, dalam legenda Kerinci, cindaku akan menampakkan diri jika ada yang mencoba untuk melanggar perjanjian garis tanah saja, sehingga keturunan Tingkas tidak bisa sesuka hatinya untuk mengubah diri menjadi harimau. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa suatu kekuatan besar tidak bisa seenaknya digunakan untuk hal-hal yang kurang bermakna, karena dengan kekuatan tersebut para cindaku mempunyai tanggung jawab besar untuk menjaga apa yang seharusnya tetap terjaga.
. Mitos dan Cerita
Perilaku manusia yang mengetengahkan ambisi dan dendam banyak tertuang dalam cerpen Cindaku. Diceritakan tentang Martias, seoarang pimpinan suatu perusahaan developer raksasa berusaha memenangkan tender dari pemerintah untuk mebuat jalan yang melintasi Muaro Bungo-Kerinci, melewati hutan rimba TNKS - yang merupakan habitat harimau Sumatra - tembus di Renah Pemetik. Tentu saja Cindaku tidak tinggal diam. Pada saat melakukan observasi, salah satu anak buah Martias tiba-tiba menghilang dan ditemukan kembali dalam keadaan mati dengan tubuh tercabik-cabik harimau. Kematian itu sebenarnya merupakan sebuah pesan, lebih tepat lagi ancaman terhadap pelanggar perjanjian garis tanah. Saketi sebagai orang kepercayaan Martias telah mengingatkan atasanya itu agar membatalkan rencananya, namun peringatan itu tidak menyurutkan ambisi Martias.

Martias pada akhirnya memenangkan tender. Hal itu disebabkan oleh kematian salah satu anak buah Martias yang mati akibat terkaman harimau yang menciutkan nyali saingan Martias. Sikap yang diambil Martias untuk meneruskan proyek pemerintah tersebut banyak memakan korban. Sikap tersebut sangat bertentangan dengan apa yang menjadi kepercayaan masyarakat Kerinci. Keadaan yang semula tenang secara tiba-tiba berubah menjadi suatu konflik yang berakibat fatal.

”Pada hari pertama jatuh satu korban. Ini sempat membuat nyali para buruh dan ciut..”

Peringatan sudah diberikan, namun orang-orang Martias belum mampu terbangun dari ketidaksadaran mereka akan bahaya yang mereka ciptakan sendiri. Ketidaksadaran tersebut terkait dengan sifat manusia yang berpandangan sempit dan sepele terhadap hal-hal yang seharusnya dihormati eksistensinya. Manusia terkadang kurang menghargai adanya pesan-pesan leluhur yang berelevansi dengan keseimbangan alam. Terkadang pula manusia mudah melupakan tanda-tanda dan peringatan yang telah dilontarkan oleh alam. Oleh karena itu sering terjadi bencana yang menyebabkan manusia bertanya-tanya apa gerangan yang menjadi sebabnya.

“Pada hari ketiga jatuh lagi satu korban, sementara pembangunan sudah semakin jauh masuk ke dalam hutan. Dan pada hari kelima jatuh lagi satu korban. Para buruh semakin gempar dan geger mentalnya. Seakan telah jadi satu hukum kepastian dalam selang waktu dua hari maka hutan ini menuntut tumbal, nyawa manusia. Pertanyaan-pertanyaan siapa yang akan jadi korban berikutnya senantiasa menghantui benak mereka.”

Keadaan semakin memburuk, orang-orang Martias mulai sadar akan kejadian apa yang sedang dan akan menimpa mereka. Mereka sadar bahwa apabila tidak segera diakhiri, proyek tersebut akan memakan lebih banyak korban lagi.

“Martias terobsesi untuk menciptakan prestasi terbesar dalam sejarah perjalanan karir hidupnya sebagai developer.”

Namun Martias yang telah dibutakan oleh obsesinya tidak memperlihatkan tanda-tanda untuk menghentikan proyeknya. Obsesi manusia merupakan penyulut bagi hadirnya ambisi. Tidak sedikit manusia yang menghalalkan segala cara untuk mewujudkan suatu obsesi, walaupun harus mengorbankan sesamanya.

Diantara gencarnya peringatan dengan cara kekerasan yang dilakukan cindaku, masih ada sebuah kebijakan yang dilakukannya, yaitu dengan memberi peringatan secara halus. Sebagai seorang kakek, ia menyatakan bahwa proyek tersebut merupakan bumerang bagi masyarakat Kerinci, dan menggambarkannya seperti pintu bendungan. Perumpamaan tersebut mengandung nilai-nilai estetis yang membangun pernyataan yang dinyatakan oleh cindaku untuk meyakinkan Martias.

"Tidak anakku, orang-orang Kerinci belumlah siap dengan semua itu. Pembukaan jalan ini malah bisa menjadi bumerang, dan membawa bencana seperti pintu bendungan yang akan menghantarkan air bah kepada mereka, dan ini bisa menghanyutkan atau menenggelamkan mereka dalam arus dunia yang ganas seperti sekarang ini.”

Pada akhirnya, harimau-harimau yang menghuni TNKS (Taman Nasional Kerinci Seblat) melakukan penyerangan terhadap orang-orang Martias. Harimau-harimau tersebut menyerang bukan tanpa alasan, mereka menyerang karena habitat mereka terusik. Ada tradisi yang mnyatakan bahwa harimau Sumatara hanya akan menyerang orang yang berada di pihak yang salah. Harimau pada dasarnya bersifat “pemalu” dan “sopan”, sifat yang seringkali tertutup akibat reputasinya yang mnyeramkan. Karena sifat alaminya tersebut, harimau lebih sering menarik diri sebelum terjadi kontak dengan manusia. Legenda setempat mengatakan bahwa jika seekor harimau bertemu dengan seseorang, maka ia harus membayar dendanya dengan tidak makan sepanjang 40 hari dan malam.

Permasalahan harimau memang sering menjadi kontroversi di derah Kerinci, Jambi. Para anti konservasi yang menganggap harimau sebagai pengganggu manusia sering melakukan perburuan terhadap harimau yang justru perlu diselamatkan dari kepunahan. Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa perburuan itulah yang menjadi penyebab harimau mengganggu manusia.

Sumber: berbagai Sumber dan Kaskus
11.05 | 0 komentar | Read More

Urang Bunian

Urang Bunian
________________________________________



Defenisi
Orang bunian adalah sejenis makhluk halus yang dikenal di wilayah Minangkabau, Sumatera Barat. Bentuknya menyerupai manusia, tinggal di tempat-tempat sepi, di rumah-rumah kosong yang telah ditinggal penghuninya.

Istilah ini dikenal di wilayah Istilah orang bunian juga terkadang dikaitkan dengan istilah dewa di Minangkabau, pengertian dewa dalam hal ini sedikit berbeda dengan pengertian dewa dalam agama-agama Hindu maupun Buddha.

Dewa dalam istilah Minangkabau berarti sebangsa makhluk halus yang tinggal di hutan atau di rimba, di pinggir bukit, di dekat pekuburan.

Biasanya bila hari menjelang maghrib di pinggir bukit akan tercium sebuah aroma yang biasa dikenal dengan nama masakan dewa atau samba dewa. Aromanya mirip bau kentang goreng. Hal ini boleh ditanyakan langsung kepada masyarakat Minangkabau.

Satu hal lagi, dewa lebih dikonotasikan bergender perempuan, yang cantik rupawan, bukan laki-laki seperti persepsi yang umum di agama lain. Selain itu, masyarakat juga meyakini bahwa ada peristiwa orang hilang disembunyikan dewa; ada juga istilah orang dipelihara dewa, yang semenjak bayi sudah dilarikan oleh dewa. cerita ini masih masyhur sampai sekarang.

Ada juga yang meyakini bahwa orang bunian ini adalah penunggu Telaga Dewi yang terdapat di puncak Gunung Singgalang. Beredar cerita di kalangan masyarakat bahwa pernah ada orang atau pendaki gunung yang berfoto dengan background Telaga Dewi, namun setelah dicetak dalam foto Nampak latar belakang sebuah Rumah Gadang, tempat menumbuk padi dan perempuan-perempuan yang tengah melakukan aktivitas menumbuk padi.

Kasus Urang Bunian masih ada di Pasaman
Sewaktu masih kecil saya dipanggil oleh nenek saya. Katanya jangan dekat-dekat sama lurah di pinggir sungai tersebut kalau senja telah tiba, karena disana ada "urang bunian" yakni semacam makluk halus yang menyerupai manusia. Bedanya, urang bunian ini bisa terlihat dan bisa pula tidak. kata nenek saya, dulunya pak leman pernah menghilang sebulan setelah mendatangi lurah tersebut. Akan tetapi saat kembali ke masyarakat, pak Leman pikirannya sudah ngaur. Dia sering bicara sendiri, bahkan mengaku punya anak dengan wanita baru yang disebutkan rambutnya panjang hingga pinggang. Orang kampung di daerah saya tak ada rambutnya yang sampai ke pinggang. Dari cerita nenek itu saya baru paham apa itu urang bunian.Belum lama ini di derah Pasaman, tepatnya di Aia Manggih Lubuk Sikaping cerita menghebohkan itu muncul lagi. Kali ini urang bunian melarikan seorang ibu muda yang baru melahirkan bayi. sayangnya walau sang ibu akhirnya berhasil kembali ke rumah, namun bayinya yang berumur 9 hari tewas. Dalam beberapa tahun terakhir ini tercatat telah empat kasus orang yang dilarikan urang bunian di Pasaman. Saat saya masih duduk di bangku SMP di Kumpulan, saya mengetahui benar kalau seorng orang kampung saya dibawa makluk halus tersebut. Setelah enam bulan menghilang dalam rimba, lelaki yang disebut dibawa urang bunian itu kembali ke kampung, tetapi jiwanya telah sakit. Hingga kini yang bersangkutan masih hidup, tetapi dia terlihat bagaikan orang sakit jiwa. Kalau naik menumpang sepeda motor dia duduk sambil lihat ke belakang. Bahkan dia tak pernah pakai baju, kecuali celana pendek saja. Panggilannya Bj". Hingga kini rupanya urang bunian masih belum punah.Nah... saudara-saudara...demikian sekilas info tentang urang bunian.

Carito versi bahaso minang
Dunsanak, mungkin iko curito lamo, tapi bia supayo indak panasaran
diangkek saketek curitotu,
Di kampuang kami, maklum lingkungan kampuang awak sakitarnyo takana jo hutan jo rimbonyo nan sangaik badagok, pepohonan gadang2 batangnyo. Kalau kulik manih nan gadang tasabuik jo namo madang.
Salain bamato pancaharian batani, masyarakaik kampuang dulunyo banyak nan bakarajo "maarik kayu" (manggargaji pohon kayu untuak dijadikan papan, kini alaik2 mamotong kayu lah mamakai senso, yaitu masin potong nan capek mamotong kayu). Wakatu sabalun taun tujuahpuluahan apak2 nan maarik kayutu mamakai gargaji nan barami-rami mamotong jo mambalahnyo.. Paliang saketek baduo mambalah kayu ka dijadikan papan. Satalah pohon tapotong, lalu dilakukan mambalah manjadi papan. Dibueklah lubang nan gadang, atau dibantangkan kayu tu ujuang kaujuang. Lalu dibalahlah kayu tu jo jalan manggargajinyo jo gargaji basi nan gadang. Manggargaji dilakukan jo caro surang barado di ateh nan saurang lai barado di bawah. Gesek pun tajadi. Biasonyo para paarik kayutu babulan-bulan di hutan. Tau ndak sia nan maagiah makan apak-apak tu? Bayangkan salamo bulan-bulan di hutan. Nah, biasonyo ... manuruik kaba lah banyak tajadi pabauran antaro masyarakaik awak jo kaum "urang haluih" tu. Antah bantuak apo anak-anaknyo sasudah itu, tantu "mereka-mereka"lah nan labiah tau. Apak-apaktu pulang sabanta ka kampuang aslinyo, kudian baliak ka hutan ka rumah anak bininyo. Ado suatu kekhasan, biasonyo, bilo pasa (pakan) di suatu kampuang kalihatan rami jo bisiang, itu patando bahaso "rang haluih tu (baco: urang bunian)" lah masuak ka pasatu (Allahualam)..
Banyak hal nan kadang2 bulu kuduak marindiang dibueknyo. Kalau lah magrib, jaan padia anak2 bamain, bisa-bisa dibao dek urang bunian tu. Kadang-kadang indak masuak diaka, tapi banyak curito nan bana-bana tajadi kutikotu.. Masih banyak curito nan lain. Kasadonyo babaliak ka awak. Manusia jo jihin milik Allah.

Sumber: berbagai Sumber dan Kaskus
11.02 | 0 komentar | Read More

Silat di Minang Kabau dan asal usulnya

Silat di Minang Kabau dan asal usulnya





Pendahuluan

Dalam Silat Tua Minangkabau dikenal prinsip: Tangkis Jurus satu, Serang jurus dua.

Jadi pada awalnya ilmu persilatan di Minangkabau ini mengajarkan pada anak Sasiannya (murid) untuk tidak memulai perkelahian.

Tangkis jurus satu mempunyai makna, bahwa tugas utama setiap anak sasian atau pesilat adalah meng-hindarkan perkelahian. Sedangkan Serang jurus dua mempunyai makna: Bila musuh datang setelah mengelakkan serangan baru boleh menyerang.

Dan ilmu ini memang diajarkan secara harfiah dalam Silek Tuo. Tidak pernah diberi pelajaran bagaimana caranya membuka serangan. Tetapi pelajaran selalu dimulai dari cara "menggelek". Yaitu menghindarkan perkelahian. Setelah serangan musuh ditangkis, barulah terbuka jurus untuk menyerang.

Adapun Silat Toboh di Pariaman, Pangian di Tanah Datar dan Starlak di Sawahluntp, adalah juga berasal dari selek Tuo. Tetapi telah dikem*bangkan dan dirobah di sana sini. Ilmu itulah yang kini dipakai oleh Pandeka Sangek. Silek Tuo dianggap lemah karena tidak boleh memulai serangan, dalam perkalahian orang diwajibkan menanti orang lain menyerang.

Berikut sejarah dan asal usul nya

Silat Minangkabau atau disingkat dengan "Silat Minang" pada prinsipnya sebagai salah kenudayaan khas yang diwariskan o;eh nenek moyang Minangkabau sejak berada di bumi Minangkabau.

Bila dikaji dengan seksama isi Tambo Alam Minangkabau yang penuh berisikan kiasan berupa pepatah,petitih ataupun mamang adat, ternyata Silat Minang telah memiliki dan dikembangkan oleh salah seorang penasehat Sultan Sri Maharaja Diraja yang bernama "Datuk Suri Diraja" ; dipanggilkan dengan "Ninik Datuk Suri Diraja" oleh anak-cucu sekarang.

Sultan Sri Maharaja Diraja, seorang raja di Kerajaan Pahariyangan ( dialek: Pariangan ) . sebuah negeri (baca: nagari) yang pertama dibangun di kaki gunung Merapi bahagian Tenggara pad abad XII ( tahun 1119 M ).

Sedangkan Ninik Datuk Suri Diraja , seorang tua yang banyak dan dalam ilmunya di berbagai bidang kehidupan sosial. Beliau dikatakan juga sebagai seorang ahli filsafat dan negarawan kerajaan di masa itu, serta pertama kalinya membangun dasar-dasar adat Minangkabau; yang kemudian disempurnakan oleh Datuk Nan Baduo, dikenal dengan Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang.

Ninik Datuk Suri Diraja itulah yang menciptakan bermacam-macam kesenian dan alat-alatnya, seperti pencak, tari-tarian yang diangkatkan dari gerak-gerak silat serta membuat talempong, gong, gendang, serunai, harbah, kecapi, dll ( I.Dt.Sangguno Dirajo, 1919:18)

Sebagai catatan disini, mengenai kebenaran isi Tambo yang dikatakan orang mengandung 2% fakta dan 98 % mitologi hendaklah diikuti juga uraian Drs.MID.Jamal dalam bukunya : "Menyigi Tambo Alam Minangkabau" (Studi perbandingan sejarah) halaman 10.

Ninik Datuk Suri Diraja (dialek: Niniek Datuek Suri Dirajo) sebagai salah seorang Cendekiawan yang dikatakan "lubuk akal, lautan budi" , tempat orang berguru dan bertanya di masa itu; bahkan juga guru dari Sultan Sri Maharaja Diraja. (I.Dt. Sangguno Durajo, 1919:22).

Beliau itu jugalah yang menciptakan bermacam-macam cara berpakaian, seperti bermanik pada leher dan gelang pada kaki dan tangan serta berhias, bergombak satu,empat, dsb.

Ninik Datuk Suri Dirajo (1097-1198) itupun, sebagai kakak ipar (Minang: "Mamak Runah") dari Sultan Sri Maharaja Diraja ( 1101-1149 ), karena adik beliau menjadi isteri pertama (Parama-Iswari) dari Raja Minangkabau tsb. Oleh karena itu pula "Mamak kandung" dari Datuk Nan Baduo.

Pengawal-pengawal Sultan Sri Maharaja Diraja yang bernama Kucieng Siam, Harimau Campo, Kambieng Utan, dan Anjieng Mualim menerima warisan ilmu silat sebahagian besarnya dari Ninik Datuk Dirajo; meskipun kepandaian silat pusaka yang mereka miliki dari negeri asal masing-masing sudah ada juga. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa keempat pengawal kerajaan itu pada mulanya berasal dari berbagai kawasan yang berada di sekitar Tanah Basa (= Tanah Asal) , yaitu di sekitar lembah Indus dahulunya.

Kucieng Siam, seorang pengawal yang berasal dari kawasan Kucin-Cina (Siam); Harimau Campo, seorang pengawal yang gagah perkasa, terambil dari kawasan Campa ; Kambieng Utan , seorang pengawal yang berasal dari kawasan Kamboja, dan Anjieng Mualim, seorang pengawal yang datang dari Persia/Gujarat.

Sehubungan dengan itu, kedudukan atau jabatan pengawalan sudah ada sejak nenek moyang suku Minangkabau bermukim di daerah sekitar gunung Merapi di zaman purba; sekurang-kurangnya dalam abad pertama setelah timbulnya kerajaan Melayu di Sumatera Barat.

Pemberitaan tentang kehadiran nenek moyang (Dapunta Hyang) dimaksud telah dipublikasikan dalam prasasti "Kedukan Bukit" tahun 683 M, yang dikaitkan dengan keberangkatan Dapunta Hyang dengan balatentaranya dari gunung Merapi melalui Muara Kampar atau Minang Tamwan ke Pulau Punjung / Sungai Dareh untuk mendirikan sebuah kerajaan yang memenuhi niat perjalanan suci missi. dimaksud untuk menyebarkan agama Budha. Di dalam perjalanan suci yang ditulis/ dikatakan dalam bahasa Melayu Kuno pada prasasti tsb dengan perkataan : " Manalap Sidhayatra" (Bakar Hatta,1983:20), terkandung juga niat memenuhi persyaratan mendirikan kerajaan dengan memperhitungkan faktor-faktor strategi militer, politik dan ekonomi. Kedudukan kerajaan itupun tidak bertentangan dengan kehendak kepercayaan/agama, karena di tepi Batanghari ditenukan sebuah tempat yang memenuhi persyaratan pula untuk memuja atau mengadakan persembahan kepada para dewata. Tempat itu, sebuah pulau yang dialiri sungai besar, yang merupakan dua pertemuan yang dapat pula dinamakan "Minanga Tamwan" atau "Minanga Kabwa".

Akhirnya pulau tempat bersemayam Dapunta Hyang yang menghadap ke Gunung Merapi (pengganti Mahameru yaitu Himalaya) itu dinamakan Pulau Punjung (asal kata: pujeu artinya puja). Sedangkan kerajaan yang didirikan itu disebut dengan kerajaan Mianga Kabwa dibaca: Minangkabaw.
Asal usul Silat Minangkabau

Minangkabau secara resmi sebagai sebuah kerajaan pertama dinyatakan terbentuknya dan berkedudukan di Pariangan, yakni di lereng Tenggara gunung Merapi.

Di Pariangan itulah dibentuk dan berkembangnya kepribadian suku Minangkabau. Pada hakikatnya kebudayaan Minangkabau bertumbuhnya di Pariangan; bukan di Pulau Punjung dan bukan pula di daerah sekitar sungai Kampar Kiri dan Kampar kanan.

Bila orang mengatakan Tambo Minangkabau itu isinya dongeng itu adalah hak mereka, meski kita tidak sependapat. Suatu dongeng, merupakan cerita-cerita kosong. akan tetapi jika dikatakan Tambo Minangkabau itu Mitologis, hal itu sangat beralasan, karena masih berada dalam lingkungan ilmu, yaitu terdapatnya kata "Logy". Hanya saja pembuktian mitology berdasarkan keyakinan, yang dapat dipahami oleh mereka yang ahli pula dalam bidang ilmu tersebut. Ilmu tentang mitos memang dewasa ini sudah ditinggalkan, karena banyak obyeknya bukan material; melainkan "SPIRITUAL". walaupun demikian, setiap orang tentu mempunyai alat ukur dan penilai suatu "kebenaran" , sesuai dengan keyakinan masing-masing. Apakah sesuatu yang dimilikinya ditetapkan secara obyektif, misalnya ilmu sejarah dengan segala benda-benda sebagai bukti yang obyektif dan benar; sudah barang tentu pula mitologi juga mempunyai bukti-bukti yang obyektif bagi yang mampu melihatnya. Bukti-bukti sejarah dapat diamati oleh mata lahir, sedangkan mitologi dapat diawasi oleh mata batin. Contoh: Pelangi dapat dilihat oleh mata lahir, sedangkan sinar aureel hanya bisa dilihat oleh mata batin. demikian juga bakteri yang sekecil-kecilnya dapat dilihat oleh mata lahir melalui mikroskop, akan tetapi "teluh" tidak dapat dilihat sekalipun dengan mikroskop; hanya dapat dilihat oleh mata batin melalui "makrifat".

Karenanya mengukur dan menilai Tambo tidak akan pernah ditimbang dengan ilmu sejarah dan tak akan pula pernah tercapai. Justeru karena itu mengukur Tambo dan sekaligus menilainya hanya dengan alat yang tersendiri pula, yaitu dengan keyakinan yang berdasarkan kenyataan yang tidak dapat didustakan oleh setiap pendukung kebudayaan Minangkabau.
Dalam hubungan ini diyakini, bahwa para pengawal kerajaan sebagaimana halnya raja itu sendiri, yang kehadirannya sebagai keturunan dari keluarga istana kerajaan Minangkabau di Pulau Punjung/Sungai Dareh. Kedatangan mereka ke Pariangan setelah kerajaan itu mengalami perpecahan, yaitu terjadinya revolusi istana dengan terbunuhnya nenek moyang mereka, bernama Raja Indrawarman tahun 730 M, karena campur tangan politik Cina T`ang yang menganut agama Budha. Raja Indrawarman yang menggantikan ayahanda Sri Maharaja Lokita Warman (718 M) "sudah menganut agama Islam". Dan hal itu menyebabkan Cina T`ang merasa dirugikan oleh "hubungan Raja Minangkabau dengan Bani Umayyah" (MID.Jamal, 1984:60-61). Karena itu keturunan para pengawal kerajaan Minangkabau dari Pariangan tidak lagi secara murni mewarisi silat yang terbawa dari sumber asal semula, akan tetapi merupakan kepandaian pusaka turun temurun. Ilmu silat itu sudah mengalami adaptasi mutlak dengan lingkungan alam Minangkabau. Apalagi sebahagian besar pengaruh ajaran Ninik Datuk Suri Diraja yang mengajarkan silat kepada keturunan para pengawal tersebut mengakibatkan timbulnya perpaduan antara silat-silat pusaka yang mereka terima dari nene moyang masing-masing dengan ilmu silat ciptaan Ninik Datuk Suri Dirajo. Dengan perkataan lain, meskipun setiap pengawal , misalnya "Kucieng Siam" memiliki ilmu silat Siam yang diterima sebagai warisan, setelah kemudian mempelajari ilmu silat Ninik Datuk Suri Diraja. maka akhirnya ilmu silat Kucieng Siam berbentuk paduan atau merupakan hasil pengolahan silat, yang bentuknyapun jadi baru. Begitu pula bagi diri pengawal-pengawal lain; semuanya merupakan hasil ajaran Ninik Datuk Suri Diraja.
Ninik Datuk Suri Diraja telah memformulasi dan menyeragamkan ilmu silat yang berisikan sistem, metode dll bagi silat Minang, yaitu " Langkah Tigo " , " Langkah Ampek " , dan " Langkah Sembilan ". Beliau tidak hanya mengajarkan ilmu silat yang berbentuk lahiriyah saja, melainkan ilmu silat yang bersifat batiniyah pun diturunkan kepada murid-murid, agar mutu silat mempunyai bobot yang dikehendaki dan tambahan lagi setiap pengawal akan menjadi seorang yang sakti mendraguna, dan berwibawa.

Dalam Tambo dinyatakan juga, bahwa Ninik Datuk Suridiraja memiliki juga "kepandaian batiniyah yang disebut GAYUENG". (I.Dt Sangguno Dirajo, 1919:22)

1. Gayueng Lahir , yaitu suatu ilmu silat untuk dipakai menyerang lawan dengan menggunakan empu jari kaki dengan tiga macam sasaran :

a. Di sekitar leher, yaitu jakun/halkum dan tenggorokan.
b. Di sekitar lipatan perut, yaitu hulu hati dan pusar.
c. Di sekitar selangkang, yaitu kemaluan

Ketiga sasaran empuk itu dinamakan sasaran " Sajangka dua jari " .

2. Gayueng angin, yakni menyerang lawan dengan menggunakan tenaga batin melalui cara bersalaman, jentikan atau senggolan telunjuk. sasarannya ialah jeroan yang terdiri atas rangkai jantung, rangkai hati, dan rangkai limpa.
Ilmu Gayueng yang dimiliki Ninik Datuk Suri Diraja yang disebut "Gayueng" dalam Tambo itu ialah Gyueng jenis yang kedua, yaitu gayueng angin. Kepandaian silat dengan gayueng angin itu tanpa menggunakan peralatan. Jika penggunaan tenaga batin itu dengan memakai peralatan, maka ada bermacam jenisnya, yaitu :

1. Juhueng, yang di Jawa disebut sebagai Teluh, dengan alat2 semacam paku dan jarum, pisau kecil dll.

2. Parmayo, benda2 pipih dari besi yang mudah dilayangkan.

3. Sewai, sejenis boneka yang ditikam berulangkali

4. Tinggam, seperti Sewai juga, tetapi alat tikamnya dibenamkan pada boneka

Kepandaian Silat menggunakan tenaga batin yang sudah disebutkan diatas, sampai sekarang masih disimpan oleh kalangan pesilat; terutama pesilat-pesilat tua. Ilmu tersebut disebut sebagai istilah " PANARUHAN " atau simpanan. Karena ilmu silat sebagai ilmu beladiri dan seni adalah ciptaan Ninik Datuk Suri Diraja, maka bila dipelajari harus menurut tata cara adat yang berlaku di medan persilatan. tata cara adat yang berlaku itu disebutkan dalam pepatah Minang : " Syarat-syarat yang dipaturun-panaikan manuruik alue jo patuik" diberikan kepada Sang Guru

Dalam Tambo dinyatakan juga, bahwa Ninik Datuk Suridiraja memiliki juga "kepandaian batiniyah yang disebut GAYUENG". (I.Dt Sangguno Dirajo, 1919:22)

1. Gayueng Lahir , yaitu suatu ilmu silat untuk dipakai menyerang lawan dengan menggunakan empu jari kaki dengan tiga macam sasaran :

a. Di sekitar leher, yaitu jakun/halkum dan tenggorokan.
b. Di sekitar lipatan perut, yaitu hulu hati dan pusar.
c. Di sekitar selangkang, yaitu kemaluan

Ketiga sasaran empuk itu dinamakan sasaran " Sajangka dua jari " .

2. Gayueng angin, yakni menyerang lawan dengan menggunakan tenaga batin melalui cara bersalaman, jentikan atau senggolan telunjuk. sasarannya ialah jeroan yang terdiri atas rangkai jantung, rangkai hati, dan rangkai limpa.
Ilmu Gayueng yang dimiliki Ninik Datuk Suri Diraja yang disebut "Gayueng" dalam Tambo itu ialah Gyueng jenis yang kedua, yaitu gayueng angin. Kepandaian silat dengan gayueng angin itu tanpa menggunakan peralatan. Jika penggunaan tenaga batin itu dengan memakai peralatan, maka ada bermacam jenisnya, yaitu :

1. Juhueng, yang di Jawa disebut sebagai Teluh, dengan alat2 semacam paku dan jarum, pisau kecil dll.

2. Parmayo, benda2 pipih dari besi yang mudah dilayangkan.

3. Sewai, sejenis boneka yang ditikam berulangkali

4. Tinggam, seperti Sewai juga, tetapi alat tikamnya dibenamkan pada boneka

Kepandaian Silat menggunakan tenaga batin yang sudah disebutkan diatas, sampai sekarang masih disimpan oleh kalangan pesilat; terutama pesilat-pesilat tua. Ilmu tersebut disebut sebagai istilah " PANARUHAN " atau simpanan. Karena ilmu silat sebagai ilmu beladiri dan seni adalah ciptaan Ninik Datuk Suri Diraja, maka bila dipelajari harus menurut tata cara adat yang berlaku di medan persilatan. tata cara adat yang berlaku itu disebutkan dalam pepatah Minang : " Syarat-syarat yang dipaturun-panaikan manuruik alue jo patuik" diberikan kepada Sang Guru
jadi silat Minang mempunyai dua macam persilatan yang menjadi inti yang khas:

Langkah Tigo ( Kucieng Siam ) dan Langkah Ampek ( Anjieng Mualim ).

kemudian selanjutnya langkah tersebut berkembang menjadi Langkah Sembilan.
Langkah Sembilan selanjutnya tidak lagi disebut sebagai SILAT, namun sudah berubah dengan nama PENCAK (Mencak)

.... dst...


SILAT LANGKAH TIGO

Silat Langkah Tigo ( langkah tiga ) pada asalnya milik Kucieng Siam, Harimau Campo, dan Kambieng Hutan; yang secara geografis berasal dari daratan Asia Tenggara. Akan tetapi setelah berada di Minangkabau disesuaikan dengan kepribadian yang diwarnai pandangan hidup, yaitu agama Islam.

Di masa itu agama Islam belum lagi secara murni di amalkan, karena pengaruh kepercayaan lama dan pelbagai filsafat yang dianut belum terkikis habis dalam diri mereka.

Namun dalam ilmu silat pusaka yang berbentuk Langkah Tigo dan juga dinamakan Silek Tuo, mulai disempurnakan dengan mengisikan pengkajian faham dari berbagai aliran Islam.

Memperturunkan ilmu silat tidak boleh sembarangan. Faham Al Hulul / Wihdatul Wujud memegang peranan, terutama dalam pengisian kebatinan ( silat batin ). Tarekat ( metode ) pendidikan Al Hallaj yang diwarnai unsur-unsur filsafat pythagoras yang bersifat mistik menjadi pegangan bagi guru-guru silat untuk tidak mau menurunkan ilmu silat kepada sembarangan orang.

Angka 3 sebagai "hakikat" menjadi rahasia dan harus disimpan. Untuk menjamin kerahasiaannya, maka ilmu silat tidak pernah dibukukan. Dalam pengalaman dan penelitian yang dilakukan kenyataan menunjukkan, bahwa amanat " suatu pengkajian yang bersifat rahasia " itu sampai kini masih berlaku bagi orang tua-tua Minangkabau.

kalau sekarang, rahasia itu dinyatakan dalam berbagai dalih, misalnya :

a. akan menimbulkan pertentangan nantinya dengan ajaran yang dianut oleh masyarakat awam.

b. akan mendatangkan bahaya sebagai akibat " Tasaluek dek kaji " , seperti: gila.

c. dan sebagainya.

Dalam hubungan ini penulis sendiri ( yakni bpk Mid.Jamal ) , kurang sependapat dengan alasan orang tua-tua yang kita mulyakan itu, mengingat kian langkanya pusaka budaya itu. Masalah adanya perbedaan kaji dengan masyarakat awam bukanlah alasan yang rumit.

..... dst....

semata-mata untuk kepentingan ilmu juga maka dalam tulisan ini mencoba bukakan sekelumit rahasia budaya pusaka dari nenek moyang kita, agar jangan sampai punah secara total.

Langkah Tigo dalam silat Minang, didalamnya terdapat gerak-gerak yang sempurna untuk menghadapi segala kemungkinan yang dilakukan lawan. Perhitungan angka tiga disejalankan dengan wirid dan latihan, inipun tidak semua orang dapat memahami dan mengamalkannya karena mistik.

Kaifiat atau pelaksanaannya dilakukan secara konsentrasi sewaktu membuat langkah tigo. setiap langkah ditekankan pada " Alif, Dal, Mim "

Tagak Alif, Pitunggue Adam, Langkah Muhammad


Tagak Alif :
Tegak Allah, Kuda-kuda bagi Adam, Kelit dari Muhammad, Tangkapan oleh Ali, dan tendangan beserta Malaikat. ( sandi kunci bergerak )

..... dst.....

SILAT LANGKAH AMPEK

Pembentukan Silat Langkah Ampek oleh Ninik Datuk Suri Diraja di Pariangan serentak dengan Silat Langkah Tigo. Silat Langkah Ampek, berasal dari gerak-gerak silat Anjieng Mualim dan pengawasannya turun temurun juga diserahkan pada Harimau Campo, yang dapat menjelma bila disalahi membawakannya.

Oleh karena si penciptanya telah menyeragamkan bentuk dan metode serta pengisiannya. maka silat Langkah Ampek pun dimulai dengan Tagak Alif. Perbedaannya terletak pada perhitungan angka yaitu 4, sebagai angka istimewa (ingat mistik Pythagoras). Walaupun bersifat mistik dan sukar dipahami bagi awam, namun bagi Pesilat sangat diyakini kebenarannya.

Sewaktu membuka Langkah Ampek dilakukan konsentrasi pada Alif, Lam, Lam, Hu.

dst.....

Langkah Sembilan

Perhitungan langkah dalam Silat Minang yang terakhir adalah sembilan. Dari mana datangnya angka sembilan. Dalam pengkajian silat dinyatakan sebagai berikut: Langkah 3 + Langkah 4 = langkah 7. Itu baru perhitungan batang atau tonggaknya. Penambahan 2 langkah adalah :

-Tagak Alif gantung dengan penekanan pada " Illa Hu " ini diartikan satu langkah.

-Mim Tasydid dalam kesatuan Allah dan Muhammad, gerak batin yang menentukan, berarti satu langkah.

Menurut faham Al Hulul bahwa apabila yang Hakikat menyatakan dirinya atau memancarkan sinarnya dalam realitasNya yang penuh; itulah keindahan.

Pesilat itu adalah seniman dan seorang seniman adalah orang yang tajam dan tilik pandangannya, yang dapat melihat keindahan Ilahi dalam dirinya. (Gazalba,IV/1973:527)

Silat Langkah sembilan biasanya dibawakan sebagai "Pencak" (Minangkabau: Mencak), artinya : Menari. Dalam kata majemuk "Pencak-Silat" dimaksudkan "Tari Silat".

Langkah Sembilan memperlihatkan pengembangan gerak-gerak ritmis, dengan tidak meninggalkan unsur-unsur gerak silat.
SEJARAH PERSILATAN JURUS LIMA

Persilatan Jurus Lima atau yg biasa dikenal dengan Jurus Syahbandar dikenal dengan beberapa nama antara lain; Langkah Empat(langkah ampek), Jalan lima, Gerak Anu Opat Kalima Pancer, Gerak Sabandar, Gerak Asror, Gerak Panca Tunggal,dll.
Dahulu dikenal sebagai kepandaian atau kelihaian dari Moh. Kosim Ama Sabandar , berasal dari Pagaruyung Sumatra Barat.

Sementara itu menurut penyelidikanku secara langsung ke Bukit Tinggi-Padangpanjang-Batusangkar, yg mana dalam hal ini aku sangat dibantu sekali oleh Bpk.Drs.Mid Djamal
(Dosen ASKI Padangpanjang) . Aku mendapatkan banyak keterangan yang menarik tentang aliran2 silat/pentjak Minangkabau. Berhubung Beliau adalah jg penulis dari sebuah buku yang berjudul “Aliran2 Silat Minangkabau”.

Bahwasanya dalam aliran2 silat Minang terdapat aliran silat tenaga dalam, beliau menyebutnya lebih tepat dengan istilah tenaga batin. Di Minang metode tersebut dikenal dengan nama Ilmu Gayung. Ilmu Gayung ada dua jenis yaitu Gayung Lahir dan Gayung Batin (gayung bersambut dan gayung tak bersambut ).

Silat Minang itu dirangkum dari “4 aliran” :
- Silat Harimau Campo, yg berasal dari Champa
- Silat Kucieng Siam, yg berasal dari Siam
- Silat Kambieng Utan, yg berasal dari Bhutan
- Silat Anjueng Mualiem , yg berasal dari Persia.

Yang kemudian oleh Nini Datuk Suri Dirajo dipoles dan disempurnakan menjadi Silek Tuo pada sekitar tahun 1190 M.

Ilmu Silek Harimau Campo

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa Harimau Campo adalah komandan yang memimpin tim ke daerah Luhak Agam. Karena akrab dengan masyarakat Minangkabau di Agam, anak dari Luhak Agam disebut macan. “Harimau Campo” juga mengajarkan Silek Tuo (Silek yang asli) kepada generasi yang secara dominan diwarnai dengan gerakan imitasi harimau dari daerah asalnya.

Ilmu Silek Kuciang Siam

Selain ilmu Silek Minangkabau yang dikembangkan di Canduang Lasi oleh Kuciang Siam dari generasi ke generasi. Secara umum masih Silek Tuo (Silek tua), tetapi pada dasarnya gerakan dominan dengan gerakan kucing, sebagai hewan peliharaan rumah untuk melindungi dari gangguan tikus.

Gerakan kucing sangat lembut dan tenang tapi berbahaya jika tertangkap olehnya. Ketika merasa diri di dihancurkan, yang pertama jatuh adalah kakinya dan tidak akan nyenyak, seperti tidak menginjak tanah. Dalam gerakan Silek, ada gerakan yang disebut “Jatuah Kuciang” berarti jatuh ke bawah seperti kucing.

Ilmu Silek Kambiang Hutan

Kan-Bin atau Kambiang Hutan yang berasal dari Cambay Malabar utara juga mewarisi ilmu atau Silek Tuo Silek Usali oleh Datuak Suri Dirajo. Ilmu Kambiang Hutan Silek dikembangkan di daerah Luhak Lima Puluh Kota, yang cirinya semacam ini bertindak lebih Silek gerakan menggunakan tangan di samping itu juga menggunakan memukul kepala dan kaki persimpangan tak terduga oleh lawan.

Ilmu Silek Anjiang Mualim

Anjing Mualim yang berasal dari Hindi selatan Persia atau Gujarat mengembangkan ilmu Silek Rantau Pesisir (wilayah rantau). Ketika kami anggap sudah seharusnya keberadaan Bukit Barisan (pegunungan) membentang dari Utara ke Selatan Barat Timur, dan dari pemerintah pusat ke Selatan bisa melihat etnis pegunungan dimulai dari Angkola, Mandailing, Minangkabau, Lebong, Rawas, Pasaman, gunung Marapi, gunung Seblat, gunung Kaba, dan Gunung Dempo, serta sungai mengalir dan pergi ke muara ini Pantai Timur Sumatera. Ini adalah daerah tempat An- Jin memimpin bagi pembangunan daerah asing serta tumbuh dari masyarakat. Semacam ini digunakan Silek gerakan pertempuran dan pertahanan dalam bentuk lingkaran.

Silek Usali (Silek Tuo) Silek Lama

Ilmu gayuang milik Datuak Suri Dirajo dan kombinasi dengan tiga jenis Silek di atas, adalah menciptakan Silek jenis bervariasi dari pertahanan diri dari Tanah Basa (India Selatan). Menangkap semacam ini disebut Silek begitu Silek Langkah Tigo (langkah tiga Silek) atau Silek Usali daripada yang bernama Silek Tuo, pada dasarnya adalah sumber utama Gayuang atau paling terkenal dengan sasaran “Sajangka Duo Jari”

Sasaran
Sasaran (target) adalah tempat untuk mengajarkan murid (Anak Sasian) dari Silek. Ada beberapa cara atau beberapa persyaratan yang harus dilakukan terlebih dahulu sesuai dengan “Alua jo Patuik”, diantaranta berdarah pada sasaran dengan darah ayam.

Pendidikan berbasis Silek ” Tau di Garak jo Garik” (mengerti gerak gerik) yang memerlukan kesadaran dan keputusan yang solid sebagai nasihat sebagai berikut:

Tahu dibayang kato sampai

Tahu di tunggua kamanaruang

Tahu dirantiang kamalantiang

Alun bakilek alah bakalam

Artinya:
Tahu apa yang sedang dikatakan

Tahu apa yang bahaya

Tahu apa yang akan terluka

Berpikir secara mendalam sebelum suatu tindakan

Syarat menjadi “Pandeka” (Pendekar) adalah mengetahui dari Garak jo Garik (tujuan dan tindakan). Garak di Minangkabau tidak berarti tindakan, ini berarti suatu tujuan atau isyarat. Atau dapat dikatakan dalam perasaan, sementara Garik berarti tindakan yang dapat terlihat sehingga dapat dihindari, dihentikan, ditangkap atau dikunci.

Pengaruh hukum adat adalah begitu kuat di Minangkabau yang benar-benar membantu dalam pembentukan jiwa Pendekar Minangkabau seperti:

Yang bajanjang batanggo turun naiak

Batatah babarih, jauah buliah ditunjuakkan

Dakek buliah dipacikkan, cancang mamampeh

Ndak lapuak dek hujan, ndak lakang dek paneh

Yang berarti:

- Hormat

- Penuh kepercayaan

- Kejujuran

- Loyalitas

Ada banyak aliran yang berkembang di Ranah Minangkabau. ada sepuluh aliran utama Silek Minangkabau, yakni:
* Silek Tuo (Silat Tua)
* Silek Kumango (Silat Kumango)
* Silek Harimau (Silat Harimau)
* Silek Lintau (Silat Lintau)
* Silek Sitaralak (Silat Sitaralak)
* Silek Pauah (Silat Pauh)
* Silek Sungai Patai (Silat Sungai Patai)
* Silek Luncua (Silat Luncur)
* Silek Gulo-Gulo Tareh (Silat Gulo-Gulo Tareh)
* Silek Baruah (Silat Baruh)
* Silek Ulu Ambek (Silat Ulu Ambek)

Silek Ulu Ambek menurut beliau tidak tergolong ke dalam aliran Silek karena lebih menekankan kekuatan batin daripada kontak fisik. Silek Sitaralak, Lintau, Kumango, Luncua terkenal sampai ke Malaysia. Silek sitaralak (disebut juga siterlak, terlak, sterlak, starlak) merupakan silat yang beraliran keras dan kuat. Ada beberapa nama aliran silat lain yang punya nama, yakni Silek Tiang Ampek, Silek Balubuih, Silek Pangian ( berkembang di Kabupaten Kuantan Singingi) dan Buah Tarok dari Bayang, Pesisir Selatan. Asal usul dari aliran silat ini juga rumit dan penuh kontroversi, contoh Silek Tuo dan Sitaralak. Silek Tuo ada yang menganggap itu adalah versi silek paling tua, namun pendapat lain mengatakan bahwa silat itu berasal dari Tuanku Nan Tuo dari Kabupaten Agam. Tuanku Nan Tuo adalah anggota dari Harimau Nan Salapan, sebutan lain dari Kaum Paderi yang berjuang melawan Belanda di Sumatera Barat. Hubungan sitaralak dan Silek Tuo (silat paling tua) adalah kajian yang menarik untuk dikupas lebih dalam

Sumber: berbagai Sumber dan Kaskus
10.59 | 1 komentar | Read More

Badar Basi (Badar Besi)


Badar Basi (Badar Besi)
________________________________________

Tidak banyak masyarakat yang tahu mengenai Batu Badar Besi atau biasa orang juga menyebut Pati Ayam, atau istilah peneliti menyebut batu ini sebagai Magnetsteen, atau Hematite. Masyarakat mensejajarkan Batu Badar Besi dalam golongan pusaka/mustika yang diyakini memberikan khasiat atau kelebihan-kelebihan terkait dengan hal mistis…

Sebelum membahas hal yang jauh dari logika otak empiris manusia, coba kita telusuri dulu sebenarnya apa Batu Badar Besi yang sering diyakini orang dapat membuat badan menjadi kebal sejata tajam/senjata api ini…

Batu Badar Besi adalah jenis sebutan yang umum di Indonesia, seperti sering kita dengan Badar Bumi, Badar Lumut, atau Badar Laut. Tapi sebenarnya Batu ini adalah Hematite/Magnetsteen yang merupakan satu kumpulan mineral, memiliki unsur Besi (Fe) yang dominan, struktur mineral yang Trigonal disertai dengan kandungan Oksigen yang tinggi sehingga memiliki warna abu kehitam-hitaman serta hanya memiliki kekerasan 5 – 6 skala Mohs. Batu mengeluarkan efek mengkilat seperti besi biasa bila digosok/diasah.Kenapa peneliti memberi nama magnetsteen? Hal ini dikarenakan karakteristik batu ini dapat menempel pada kutub besi yang berlainan seperti magnet. Batu ini memili struktur kristal yang sama dengan corundum (penyusun batu ruby dan safir). Batu ini sebenarnya banyak ditemukan didaerah Brazil, Eropa, Mexico,Australia dan Amerika, dimana terdapat pada tambang didekat pegunungan yang konon sering terjadi banjir lahar ratusan tahun yang lalu (Volcanic activity).

Selain terdapat di Bumi, yang namanya Batu Badar Besi juga ada juga di Planet Mars. Tapi jangan kaget dulu…maksudnya adalah di Planet Mars juga terdapat bebatuan yang memili unsur Hematite dengan kandungan Fe yang cukup dominan. Bahkan di Planet Mars, yang namanya bebatuan hematite ini berbentuk gunung dan bukan terpendam dibawah lapisan tanah seperti di Planet Bumi. Informasi ini didapat dari the Mars Exploration Rover Microscopic.

Mitos seputar Badar Besi

Banyak cerita yang diulas mengenai khasiat dari Badar Besi yang mungkin banyak juga yang mengkategorikan sebagai salah satu pusaka disamping Rantai Babi/Rantai Bumi, Merah Delima/Mustika Delima, Batara Karang/Jenglot, Kantong macan, Pring Pethuk, atau berpuluh-puluh barang-barang yang diyakini memiliki daya mistis dan memiliki harga tidak masuk akal bila dikonfersikan dalam rupiah. Mungkin karena itu juga orang menyebut dengan sebutan Badar yang bisa berarti sebagai Mustika. Bagi yang suka ilmu kanuragan anti senjata tajamKetenaran Badar Besi tidak hanya di Indonesia, tapi juga di negara tetangga kita (Malaysia), yang namanya Badar Besi tak kalah kondang. Khasiat mistisnya membuat para pemburu benda-benda pusaka berkejaran dengan berbekal ratusan juta bahkan milyaran untuk mendapatkan benda yang diyakini dapat membuat manusia kebal senjata tajam bahkan kebal peluru ini.

Batu Badar Besi, diyakini orang memiliki khasiat sebagai sarana sikep atau pagar diri. mampu melindungi pemiliknya dari mara bahaya teluh dan tenung, dapat menghindarkan aura jahat/ negatif bagi pemiliknya, anti cukur, anti senjata tajam/sejata api dan tahan panas. Tapi ini tidak serta merta khasiat ini bisa terjadi tanpa adanya satu pengetesan pada saat membeli yang tentu saja harganya sangat fantastis dan tidak masuk akal (bisa sampai ratusan juta rupiah). Pengetesan benda-benda tersebut sudah tidak asing lagi bagi mereka yang terjun dalam bisnis perburuan benda antik/pusaka/mustika.Bisnis ini sudah berjalan lama dan sampai sekarang pun banyak yang tertarik menggeluti bidang ini. Namun, ternyata banyak yang menjadi korban, karena ketidakberhasilannya melakukan transaksi dari bisnis jimat anti cukur.Bisnis barang anti cukur pada awalnya memang menarik karena harganya yang sangat tinggi. Banyak orang berharap akan berhasil, karena sekali berhasil puluhan juta rupiah akan didapat. Sangat sedikit yang berhasil.Ketidakberhasilan bisnis ini menurut beberapa pemilik dan mediator disebabkan barang hilang saat transaksi akibat khodam yang tidak cocok dengan pembeli atau karena mediator tidak jujur. Juga karena khodam diadu khodam lain sehingga barang menjadi lemah.Kemudian barang hilang di perjalanan, barang/jimat palsu serta pembeli yang tidak serius. Unik memang ceritanya…tapi memang itulah yang terjadi

Sumber: berbagai Sumber dan Kaskus
10.53 | 0 komentar | Read More

Santet si Galang- Galang

Santet si Galang- Galang
Santet si Galang-Galang ini sangatlah populer,jenis ini banyak di gunakan secara spontan yang artinya menyerang dari jarak jauh sehingga yang terkena serangan mengalami sakit perut yang luar biasa,bahkan bisa tewas menggenaskan,sasaran santet Galang-Galang ini adalah organ perut seperti usus,santet ini sudah terkenal sejak lama,bahkan sampai sekarangpun masih banyak di gunakan,selain pelaksanaannya yang simpel serta di gunakan kapan saja maka banyak yang mempelajari santet ini.
Santet Galang-Galang ini menggunakan media tali tujuh macam warna,antara lain, putih(harus bekas kain kafan orang mati),merah, kuning ,hijau , coklat , biru dan hitam, semua tali di jalin menjadi satu ,tali tujuh warna inilah kemudian di rituali selama tujuh hari tujuh malam,dengan menggunakan mantra santet Galang-Galang,konon menurut yang pernah mempelajari santet Galang-Galang ini bagi yang mempelajari ilmu santet ini di haruskan mengerti dan faham nama-nama mistik organ perut manusia yang akan di perintah dengan mantra Santet Galang-Galang ini, nama-nama Mistik tersebut adalah sebagai berikut,
Galang-galang Rayo
Galang-galang Api
Galang-galang kapalo timbago
Galang-galang Kuduang
Galang-galang Kawek
Galang-galang Samulo jadi
Keenam Nama-nama tersebutlah yang mesti di fahami bagi yang ingin mempelajari ilmu santet Galang-galang ini dengan sarana tali tujuh warna yang di gunakan untuk menyerang korban.sesuai dengan namanya Galang-galang , maka sasarannya adalah galang-galang yang artinya adalah ''usus'' yang bila terkena santet Galang-galang /usus terasa di remas dan di tarik oleh sebuah kekuatan yang tidak Nampak
Pada dasarnya manusia mempunyai hari naas, dari perhitungan hari naas inilah kadang seorang dukun Santet lebih mudah untuk melumpuhkan sasaran begitu juga tubuh mempunyai titik lemah di hari-hari tertentu,yang di maksud dengan titik lemah di sini jika bagian itu terkena pukulan atau benturan maka akibatnya akan lebih fatal walaupu orang itu memiliki ilmu kebal sekalipun.
Berikut titik-titik lemah tubuh manusia menurut hari.
hari senin terletak di bagian pantat/pinggul
hari selasa terletak di bagian di perut
hari rabu terletak di bagian punggung
hari kamis terletak di bagian leher
hari jum'at terletak di bagian kepala
hari sabtu terletak di bagian kaki
hari minggu terletak di bagian betis.
Sedangakan hari naas pada setiap manusia berdasarkan perhitungan para ahli mistik saat manusia dalam titik lemah dari jam 4 sore hingga jam 4 sore berikutnya adalah 5 hari setelah hari ke lahirannya.maka pada saat itu manusia berada pada titik nadir, kalaulah kebetulan di serang dengan ilmu mistik maka mungkin sangat telak,ataupun mendapat musibah seperti kecelakaan bisa di pastikan akan sangat fatal.
Untuk menghindari hal-hal buruk saat kelemahan kita maka saat hari kelemahan tersebut di sarankan tidak berpergian jauh, serta melakukan hal-hal penting, dan yang pasti perbanyaklah do'a ke pada Tuhan yang Esa,dan satu lagi amalan yang ampuh untuk mencegahnya ikuti tips berikut ini
Bacalah bacaan ini setiap pagi dan sore masing-masing 3 x
BISMILLAHILLAZI LAYAZZURU MA'ASMIHI SAY'UN FIL ARDHI WALA FISSAMA'I WAHUWAS SAMI'UL ALIM 3X.

Sumber: berbagai Sumber dan Kaskus
10.50 | 0 komentar | Read More

Santet Tinggam

Santet Tinggam

Ada lagi jenis santet yang sangat ganas yang bernama TINGGAM, Santet jenis ini termasuk jenis yang sangat mematikan menurut beberapa kasus yang pernah terjadi santet TINGGAM ini tidak membuat korban langsung tewas namun perlahan tapi pasti korban akan menderita ke sakitan,puncak dari santet TINGGAM ini leher korban akan berlobang dan mengeluarkan cairan yang sangat busuk.ya..memang itulah ciri khas santet TINGGAM menyerang di bagian leher korban, Santet tinggam ini menggunakan media dari tulang ekor ikan pari yang lancip,tulang lancip ini lah yang di gunakan sebagai media santet Tinggam, di mana santet Tinggam yang ampuh adalah dengan melepas ikan pari tersebut ke laut lepas setelah tulang itu di ambil,
Proses pelaksanaan santet Tinggam adalah dengan memakukan tulang ikan itu di pohon yang bergetah seperti pohon nangka, kates dll, tentu dengan proses gaib pemakuan tulang ikan pari tersebut, biasanya bersamaan dengan terpakunya tulang ikan pari tersebut, maka korban akan merasakan sakit yang luar biasa, selanjutnya korban akan merasakan ada benda yang bergerak dalam tubuhnya dan di sertai sakit yang luar biasa, hingga puncak dari santet tersebut leher korban akan bolong serta mengeluarkan cairan yang berbau busuk, jika tidak segera di obati maka sudah di pastikan penderitaan berkepanjangan akan mendera korban, bahkan lama kelamaan tentu nyawa sebagai taruhanya.

Pengobatan
Sudah di singgung di atas setiap penyakit tentulah ada penawarnya atau obatnya,obat santet Tinggam ini adalah dengan satu resep sederhana yaitu carilah buah, daun dan akar RIMBANG, sejenis tumbuhan keluarga terong sayur, bentuknya bulat kecil berwarna hijau biasanya untuk sayur, buah daun dan akar di tumbuk menjadi satu di beri air sedikit dan tentulah di sertai dengan do'a atau mantra penawarnya, teteskan ke dalam leher korban yang sudah kena tinggam tersebut.
Sumber: berbagai Sumber dan Kaskus
10.48 | 0 komentar | Read More

Pengobatan Santet Biriang

Santet biriang
________________________________________
SANTET BIRIANG
Di pulau Sumatra ada jenis santet yang sangat popular di kalangan orang Suku Minang dan melayu, jenis santet yang sangat populer dan sampai sekarang masih eksis, BIRIANG adalah jenis santet kulit yang bisa menyebabkan kulit menjadi rusak,daya rusaknya sangat cepat, jenis santet BIRIANG ini ada empat jenis yang pertama adalah BIRIANG BASAH, jenis ini termasuk sangat cepat penyebarannya ,sebab kulit yang terkena jenis ini seperti terkena penyakit kurap namun disertai bentol-bentol kecil yang mengandung cairan,jika di garuk kemudian cairan itu pecah maka akan cepat tersebar keseluruh tubuh ,korban santet ini merasakan gatal yang luar biasa sehingga mau tidak mau akan menggaruk kulit yang terkena santet ini.dan pula jika sudah menyebar ke seluruh tubuh maka tubuh akan mengeluarkan bau amis yang sangat kuat,apa lagi bila di lihat sangat menjijikkan.
Jenis ke dua dinamakan BIRIANG KARIANG,kariang yang artinya kering,jenis santet ke dua ini hampir sama dengan yang pertama namun jenis yang kedua ini tidak berair namun kering tetapi gatal yang di timbulkannya sangat kuat jika di garuk sampai kulit terkelupas gatalnyapun tidak mau hilang.
Jenis ke tiga adalah BIRIANG ASOK, asok yang artinya asap, jenis ini memang sedikit ringan dari jenis yang pertama dan yang ke dua namun jenis ke tiga ini jika di garuk kulit meninggalkan bekas putih seperti warna asap,putih kelabu,jenis inipun juga menimbulkan rasa gatal yang menyiksa sehingga korban tidak pernah tenang dalam posisi apapun di karenakan rasa gatal yang menyerangnya. Jika santet jenis ini menyerang seluruh jaringan kulit akan terlihat buruk dan
Jenis ke empat adalah BIRIANG TEMBAK, jenis inilah sangat ganas karena tidak sama dengan yang di atas jenis ini sedikit ekstrim, karena jenis ini tubuh seperti terkena bisul yang bernanah,seluruh tubuh bisa terkena bisul sakitnya minta ampun, berdenyut dan jika pecah mengeluarkan nanah dan akan tumbuh yang baru,demikianlah seterusnya santet biriang ini banyak di gunakan untuk membuat si korban menderita berkepanjangan,dan lagi pula korban akan sangat malu di lihat orang.
Santet BIRIANG ini menggunakan media berupa minyak yang di rituali dengan bahan bahan seperti getah kayu yang mengandung racun seperti getah kayu RANGEH,/Rengas, kacang miang, daun jelatang api, getah ambacang hutan, dan lain-lain. Memang sedikit susah untuk mendapatkan minyak biriang tersebut, penggunaan nya untuk korban tidaklah sulit dengan hanya mengoleskan sedikit ke tubuh sasaran maka santet akan bereaksi dalam hitungan jam, bahkan hanya dengan mengoleskan ke baju yang di jemurpun santet biriang tetap akan ampuh.

Pengobatan Santet Biriang
Setiap ada penyakit apa saja sudah tentu ada obatnya, untuk jenis obat jenis santet biriang ini di perlukan pengobatan non medis, dalam beberapa kasus obat medis hanya bisa sembuh untuk, sementara saja,dan tidak bisa menyembuhkan ,di perlukan pengobatan secara tradisionil.untuk kategori biriang kariang .basah dan asok dapat di obati dengan ramuan sebagai berikut
Resep satu
ambilah jariangau 5 batang sebesar jari tangan.
kunyit bulai sebesar empu kaki
ragi.
Semua bahan di lumatkan dan di campur menjadi satu,ke mudian di beri air hangat dan di oleskan di tempat yang terkena santet.lakukan sehari dua kali.
Resep dua
Ini menggunakan 7 ekor kadal,caranya;
Carilah 7 ekor kadal yang di tangkap hidup2,jangan sampai terluka apa lagi mengluarkan darah,sediakan pula minyak kelapa murni/bukan minyak sawit.secukupnya,di utamakan minyak kelapa hijau.kadal yang sudah di tangkap di bunuh tetapi jangan sampai mengluarkan darah.kemudian panaskan minyak di atas api sedang,sampai mendidih,masukkan 7 ekor kadal yang sudah di siapkan tadi seperti menggoreng ikan,namun setelah mendidih minyak tadi api harus di kecilkan usahakan daging kadal jangan sampai hancur cukup dimasukkan ke dalam minyak yang sudah mendidih. Setelah dingin minyak kelapa tersebut gunakan untuk mengolesi tubuh yang terkena santet biriang.(simpan minyak dalam botol tertutup) resep ke dua ini di gunakan apa bila resep pertama di rasakan kurang maksimal, menurut informasi yang saya dengar pengobatan biriang di daerah sumatera bagian barat maharnya cukup fantastis satu kali pengobatan harus membayar dengan 2 1/5 gram emas.
Sumber: berbagai Sumber dan Kaskus
10.46 | 1 komentar | Read More

Permainan 'Lukah Gilo' di Minangkabau



Permainan 'Lukah Gilo' di Minangkabau
________________________________________
Pernah memainkan atau tidak, paling tidak kita tahu permainan jelangkung. Kutipan di atas pun tentunya tidak asing pula. Bisa dikatakan untaian kata-kata tersebut sebagai mantra untuk memanggil makhluk gaib dalam permainan jelangkung. Kata-kata itu pun diucapkan berkali-kali agar makhluk halusnya benar-benar datang.

Permainan jelangkung sendiri merupakan permainan yang berusaha memanggil makhluk gaib untuk masuk ke dalam boneka atau benda yang dibuat menyerupai orang-orangan. Setelah makhluk halus itu masuk pada benda tersebut, biasanya pemain akan menanyakan hal-hal yang ingin diketahuinya, terutama sekali mengenai masa depan.

Permainan ini pun telah diangkat menjadi tema dalam sebuah film horor. Dari film itu pula sebenarnya terkandung amanat bahwa permainan ini bisa membahayakan orang-orang yang memainkannya. Banyak hal bisa terjadi jika kita bermain dengan makhluk gaib seperti itu. Akan tetapi, permainan itu masih saja ada yang mencoba memainkannya meski dengan perasaan takut.

Berbahaya atau tidak, di salah satu daerah Minangkabau ternyata berkembang seni pertunjukan yang tidak jauh berbeda dengan permainan jelangkung ini. Seni pertunjukan itu disebut “Lukah Gilo”. Permainan ini tepatnya berkembang di Desa Lumpo Timur, Kecamatan Ampek Baleh Juran, Kabupaten Pesisir Selatan. Dimainkan oleh seorang pawang atau Dukun Lukah dan satu sampai empat orang pemain yang memegang lukah tersebut.

Lukah sendiri sebenarnya adalah alat untuk menangkap ikan air tawar yang terbuat dari bambu yang dianyam dan bentuknya menyerupai vas bunga. Lukah ini digunakan untuk pertunjukan Lukah Gilo dengan membuatnya menyerupai orang-orangan seperti halnya permainan jelangkung. Untuk tangan dibuat dari kayu lurus atau bambu, dan kepalanya dibuat dari labu atau tempurung kelapa. Lukah itu juga dipakaikan kain, baju, selendang, korset, dan wajanya didandani layaknya perempuan.

Lukah itu kemudian dibisiki mantra oleh pawangnya hingga lukah itu menjadi ‘gila’, bergerak kian kemari. ‘Kegilaan’ itu akan semakin menjadi-jadi setiap kali pawang membaca mantra. Yang menjadi tontonan adalah para pemain yang memegang lukah itu. Mereka akan terbawa kian kemari dengan kuatnya seiring semakin ‘menggilanya’ lukah tersebut. Penonton pun akan menyoraki pemain agar suasana semakin memanas. Kalimat yang sering terlontar dari penonton antara lain adalah ‘pacik-an kapalonya’ atau ‘elo taruih’. Kegilaan lukah ini baru akan berhenti apabila pawang berhenti memantrainya atau ada seseorang yang usil memasang ijok, yaitu bagian dalam dari ekor lukah.

Pertunjukan Lukah Gilo ini biasanya dipertunjukkan pada acara helat perkimpoian atau acara-acara khusus untuk yang diadakan masyarakat setempat. Waktu pertunjukan lebih sering pada malam hari agar mudah memanggil jin atau makhluk halus lainnya.

Suka atau tidak dengan permainan jelangkung, pada kenyataannya salah satu kesenian yang ada di Minangkabau mirip dengan permainan tersebut. Ini merupakan bagian dari budaya Minangkabau yang juga mesti kita kenali sebagai orang Minang.

Sumber: berbagai Sumber dan Kaskus
10.45 | 0 komentar | Read More

Palasik



Palasik menurut cerita, legenda atau kepercayaan orang Minangkabau adalah sejenis makhluk gaib. Menurut kepercayaan Minangkabau palasik bukanlah hantu tetapi manusia yang memiliki ilmu hitam tingkat tinggi. Palasik sangat ditakuti oleh ibu-ibu di di Minangkabau yang memiliki balita karena makanan palasik adalah anak bayi/balita, baik yang masih dalam kandungan ataupun yang sudah mati (dikubur), tergantung dari jenis palasik tersebut.
Ilmu palasik dipercayai sifatnya turun-temurun. Apabila orang tuanya adalah seorang palasik maka anaknya pun akan jadi palasik.
Pada umumnya palasik bekerja dengan melepaskan kepalanya. Ada yang badan nya yang berjalan mencari makan dan ada pula yang kepala.

Jenis-jenis palasik
Jenis palasik ada bermacam-macam. Menurut jenis makanannya palasik dapat dibagi sebagai berikut:
* Yang memakan bayi dalam kandungan sehingga bayi tersebut lahir tanpa ubun-ubun / mati dalam kandungan
* Yang memakan bayi yang masih rapuh sehingga bayi tersebut sering sakit-sakitan / meninggal
* Yang memakan mayat bayi yang sudah dikubur
Palasik yang lepas kepalanya disebut Palasik Kuduang. Kuduang artinya terpotong atau buntung. Buntung dalam bahas Minang adalah “kuduang”.
Ini ada sepenggal cerita tentang Palasik....
Andi begitu bahagia ketika tangis bayi melengking dari balik bilik di sebuah klinik. Yah istrinya yang baru saja berjuang hidup mati, telah melahirkan anak pertamanya. Tapi, kebahagiaan itu seketika sirna, setelah setahun kemudian anaknya mengalami sakit, sesaat setelah seorang wanita tua menyapa.
Kalau seorang bayi sakit merupakan hal yang wajar. Daya tahan tubuh yang belum stabil menjadi salau satu pemicunya. Tapi itu tak berlangsung lama, setelah dibawa ke dokter, tak sampai 1 minggu bayi akan sembuh. Tapi yang dialami anak Andi tak begitu. Sakit yang diderita anaknya tak kunjung sembuh setelah 1 bulan. Tak hanya dokter, orang pintar dan tabib pun dikunjunginya, namun penyakit yang diderita sang anak tak jua sembuh.
Suhu badan anaknya tinggi, badan menjadi kurus, kulit mengeriput dan terus mengeluarkan kotoran dari matanya. Cukup menyedihkan. Sementara dokter yang menanganinya sudah angkat tangan untuk mengobatinya. Akhirnya, dengan kondisi lemah, anaknya meninggal dunia. Menurut para tetangga dimana tempat Andi menetap, anaknya terkena palasik.
Palasik sangat tenar di masyarakat Minang Kabau, Sumatera Barat. Masyarakatnya meyakini, bayi yang terkena palasik sangat sulit diobati, namun bukan tak ada penangkalnya.
Palasik merupakan sebutan seorang kanibal, yang memiliki kegemaran memakan daging dan tulang orang mati. Wujudnya seperti manusia biasa, hanya saja memiliki perangai yang aneh.
Menurut kepercayaan masyarakat, jika seorang wanita yang sedang menggendong bayi bertemu dengan palasik, sebaiknya jangan dijauhi, malah sebaliknya, ambil tangan palasik dan katakan "Ini cucumu atau Ini anakmu". Dan ciri umum palasik, tak memiliki parit di atas bibirnya.
Seorang bayi bisa jatuh sakit, hanya dengan tatapan palasik saja. Dan kalau tidak segera diobati orang pintar, tak tertutup kemungkinan anak tersebut meninggal dunia. Diyakini juga, ketika anak tersebut meninggal dunia, dan kemudian dikubur, palasik akan mencuri anak tersebut untuk disantap.
Dizaman modern seperti sekarang ini ,masih patutkah ilmu palasik dipercayai keberadaannya ? Silahkan beri komentar anda.
Sumber: Berbagai sumber dan kaskus
10.42 | 0 komentar | Read More

Gasiang Tangkurak dan Sijundai

Gasiang tangkurak . Jenis gasiang yang biasa difungsikan sebagai media untuk menyakiti dan menganiaya orang lain secara magis. Gasiang tingkurak bentuknya mirip dengan gasiang seng yang pipih, tetapi bahannya dari tengkorak manusia. Gasiang seperti ini hanya bisa dimainkan oleh dukun, orang yang memiliki kemampuan magis. Sambil memutar gasiang, dukun membacakan mantra-mantra. Pada saat yang sama, orang yang menjadi sasaran akan merasakan sakit, gelisah dan melakukan tindakan layaknya orang sakit jiwa.
Misalnya, berteriak-teriak, menarik-narik rambut, dan yang paling popular- memanjat dinding. Pekerjaan ini biasanya dilakukan pada malam hari. Bila dukun bisa mempengaruhi korbannya, maka korban akan berjalan menemui dukun atau orang lain yang meminta dukun melakukan hal demikan. Di antara isi mantra dukun itu berbunyi, jika korban sedang tidur suruh ia bangun, kalau sudah bangun suruh duduk, jika duduk suruh berjalan, berjalan untuk menemui si anu.... Penyakit magis yang disebabkan oleh gasing tangkurak ini lazim disebut Sijundai .
Ilmu magis yang memanfaatkan gasiang tingkurak untuk menimbulkan penyakit sijundai merupakan ilmu jahat yang dijalankan melalui persekutuan dengan syetan. Ilmu ini beredar luas dan dikenal oleh masyarakat di pedesaan Minangkabau pada umumnya. Hal ini misalnya terlihat pada popularitas lagu Gasiang Tangkurak ciptaan Syahrul Tarun Yusuf dinyanyikan oleh Elly Kasim, seorang penyanyi Minang legendaris.
Gasiang tangkurak biasanya digunakan membalas dendam. Seseorang datang kepada sang dukun untuk menyakiti seseorang dengan sejumlah bayaran. Ukuran harga yang lazim digunakan adalah emas. Sebagai syarat pengobatan, biasanya dukun meminta emas dalam jumlah tertentu sebagai tanda, bukan upah. Tanda ini akan dikembalikan jika sang dukun gagal dalam menjalankan tugasnya. Tetapi kalau ia berhasil, maka uang tanda ini diambil, dan pemesan harus menambahnya dengan uang jasa.
Selain untuk menyakiti, ada dukun tertentu yang menggunakan gasiang tingkurak untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh hal-hal magis. Yang lainnya, gasiang sering juga dipakai sebagai media untuk mensugesti orang lain menjadi tertarik pada diri kita. Ilmu terakhir ini biasa disebut Pitunang .
Sesuai dengan namanya, bahan utama gasiang tingkurak adalah tengkorak manusia yang sudah meninggal. Gasiang ini hanya bisa dibuat oleh orang yang memiliki ilmu batin tertentu. Pada berbagai daerah terdapat beberapa perbedaan menyangkut bahan tengkorak yang lazim dan paling baik digunakan sebagai bahan pembuat gasing tangkurak. Pada beberapa daerah, tengkorak yang biasa digunakan adalah tengkorak dari seseorang yang mati berdarah.
Daerah yang lain lebih menyukai tengkorak dari orang yang memiliki ilmu batin yang tinggi khususnya untuk pengobatan, sedangkan daerah yang lain lagi percaya bahwa tengkorak dari wanita yang meninggal pada saat melahirkan merupakan bahan paling baik. Bahkan pada daerah tertentu, seorang informan menyebutkan bahwa tengkorak yang paling baik adalah tengkorak anak-anak yang telah disiapkan sejak kecil. Anak itu dibawa ke tempat yang sunyi, kemudian dipancung. Tengkorak yang masih berdarah itulah yang dijadikan bahan untuk gasiang tengkorak.
Bagian tengkorak yang digunakan adalah pada bagian jidat. Pada hari mayat dikuburkan, dukun pembuat mendatangi kuburan, menggali kubur dan mayatnya dilarikan. Tengkorak yang diambil adalah pada bagian jidat, karena dipercaya pada bagian inilah terletak kekuatan magis manusia yang meninggal. Ukuran tengkorak yang diambil tidak terlalu besar, kira-kira 2 X 4 cm. Saat mengambil tengkorak mayat, dukun membaca mantra khusus sambil menyebut nama si mayat.
Setelah diambil, jidat itu dilubangi dua buah di bagian tengahnya. Saat terbaik untuk membuat lobang adalah pada saat ada orang yang meninggal di kampung tempat pembuat gasiang berdomisili. Saat demikian dipercaya akan memperkuat daya magis gasiang. Kemudian pada kedua lubang itu dimasukkan benang pincono, atau benang tujuh ragam. Gasiang dan benang itu kemudian diperlakukan secara khusus sambil memantra-mantrainya. Gasiang itulah kemudian yang digunakan untuk menyakiti orang.
Ada lagi jenis gasiang lain, yang fungsinya hampir sama dengan gasiang tingkurak. Gasiang ini terbuat dari limau puruik ( Citrus hystrix ) dari jenis yang jantan dan agak besar. Pada limau itu dibacai mantra-mantra. Limau purut ditaruh di atas batu besar, kemudian dihimpit dengan batu besar yang lain. Batu itu sebaiknya berada di tempat terbuka yang disinari cahaya matahari sejak pagi hingga petang. Sebelum dihimpit dengan batu, dibacakan mantra. Limau dibiarkan hingga kering benar, setelah itu baru dibuat lobang ditengahnya. Ke dalam lobang itu digunakan banang pincono, atau benang tujuh warna.
Gasiang jenis ini biasanya dipakai untuk masalah muda-muda dan pengobatan. Pemakaian gasiang ini menggunakan perhitungan waktu tertentu yang didasarkan pada pembagian waktu takwim. Untuk kepentingan muda-mudi, waktu yang lazim dipakai adalah waktu Zahrah, sedangkan untuk pengobatan dilakukan pada waktu Syamsu. Untuk tujuan baik, tidak ada pantangan saat menggunakan gasiang. Tetapi untuk hal yang jahat, maka pengguna harus menghindari seluruh hal yang berkaitan dengan jalan Tuhan harus dihindari.
Urang Solok mamakan siriah
Duduak bajuntai di pamatang
Kok indak talok dek pakasiah
Iko sijundai nan kadatang ,
lah lapuak lapiak nan diateh lantai
dibawah lapiak banyak kapindiang
kok dicaliak urang kanai sijundai
karajonyo mamanjek dindiang
karupuak sanjai dibao dalam katidiang
dijujuang urang sampai ka sungai tanang
kanai sijundai dapek mamanjek dindiang
tantu labiah santiang mamajek batang pinang
uok jariang jo uok patai
nan katigo pucuak japan
jikok takuik kanai sijundai
jan baranti mambaco alquran

10.36 | 0 komentar | Read More
 

bakalaha Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ariefortuna for ariefortuna's Zone