selengkapnya
ini berawal dari hujan lebat yang mengguyur daerah ini sejak Minggu 29 Maret 2009, sekitar jam 18.00 Wib (menjelang magrib) hingga pagi. Telaga-telaga kecil yang berada dipinggang gunung Merapi tak sanggup lagi menahan air hujan, sehingga bobol. Akibatnya air deras dan cukup besar mengalir melalui sungai kecil dan menuju muaranya di Batang Selo. Air bah ini membawa lumpur, pepohonan, bebatuan dan melanda rumah masyarakat sekitar pinggiran sungai sepanjang 30 KM. Pagi Senin,30 Maret 2009,hujan masih mengguyur daerah Gunung Merapi khususnya Tanah Datar pada umumnya. Pada pukul 6.00 WIB, terdengar bunyi gemuruh dari arah Kandang Malabuang di pinggang Gunung Merapi, bunyi gemuruh tersebut adalah dari suara bebatuan, kayu dan lumpur yang meluncur turun (bergelondongan) dihanyut air sepanjang aliran sungai. Pendudukyang tinggal di Pasie Laweh dan sekitarnya, pernah mengalami kejadian semacam ini yang pernah terjadi 30 tahun lalu tepatnya pada tanggal 30 April tahun 1979. Para orangtua yang kenal dengan suara tersebut meneriakkan warga untuk mengungsi ke arah yang lebih tinggi dari aliran sungai. Mereka bergegas menyelamatkan diri dan masih ada juga yang berusaha menyelamatkan ternak sapi dan kerbau, Namun barang-barang rumahtangga memang tidak dapat diselamatkan.
Suara gemuruh galodo tersebut memang sampai terdengar ke daerah Koto Panjang di Kecamatan Sungai Tarab yang dilalui oleh air galodo.
Menurut saksi mata, terjadi 3 kali aliran ‘aia gadang’ setelah pukul 6pagi, sekali lagi terjadi pada pukul 6.30pagi. Terakhir pada pukul 8pagi. Ke tiga kali aliran ‘aia gadang’ tersebut menghanyutkan Batang Kayu, ternak, sawah dan kebun masyarakat serta mengikis sebagian besar tanah di tepian sungai yang dilaluinya, bahkan tidak sedikit kebun masyarakat di sepanjang aliran air tersebut yang hanyut. Serta air yang meluap juga menggenangi berhektar hektar sawah.
Di daerah Tanjung, Kecamatan Sungayang yang dilalui oleh air bah tersebut melanda sebuah Rumah Ibadah, Mesjid Raya Tanjung. Aliran air yang sudah bercampur lumpur 'menghanyutkan isi mesjid tersebut. Air beserta lumpur memasuki Mesjid karena aliran sungai sempat terhalang kayu besar yang hanyut ditambah lagi karena lokasi mesjid yang tidak lebih tinggi dari sungai.
Tim SAR yang turun ke lokasi kemaren, 31 Maret 2009 melaporkan bahwa terdapat 3 titik genangan air/telaga di pinggang gunung Merapi yang harus diwaspadai. Sedangkan Tim dari Pemerintah Tanah Datar, Polisi Kehutanan, TNI dan Polri beserta Tim SAR akan naik langsung ke lokasi lereng Gunung Merapi tersebut besok 2 April 2009 untuk lebih dekat melihat kondisi Telaga-telaga yang menyimpan air dimaksud, sehingga dapat dibuat kebijakan tepat untuk penanggungan ke depan. (Sumber:tanah datar.go.id)
0 komentar:
Posting Komentar